Belum Pernah Jumpai Sosok Pahlawan di Duri

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - 10 November, ditetapkan negara Indonesia sebagai hari pahlawan. Peringatan itu ditetapkan dalam agenda nasional. Yakni untuk mengenang jasa-jasa pahlawan yang telah memerjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan. Darah bahkan nyawa dicurahkan untuk kemerdekaan republik Indonesia.

Sosok-sosok kepahlawanan seperti yang telah dilakukan pejuang kemerdekaan Indonesia tentu dirindukan di hati masyarakat. Kerinduan yang mendalam itu dirasakan Khadijah (42). Wanita paro baya ini sudah sejak lama merindukan soso-sosok kepahlawanan di era baru.

Baginya, sosok pahlawan itu ada pada diri individu yang berani berkorban demi orang lain. Seorang pahlawan tak takut miskin atau merasa rugi akibat perjuangannya. Ibu yang telah melahirkan enam putri ini mengaku belum menemukan sosok tersebut.

"Orang yang benar-benar memiliki jiwa pahlawan semakin langka. Rata-rata dari masyarakat di Indonesia sudah individualis. Mereka hanya memikirkan diri sendiri," ucap warga jalan Cengkeh, Mandau, Kamis (10/11).

66 tahun sudah, Indonesia merdeka dari kolonialisme. Namun masih banyak masyarakat yang belum sejahtera. Suami Khadijah, Edi kini telah memasuki usia yang tak muda lagi. Selain itu, dia juga sudah kerap sakit-sakitan. Maka dari itu, Khadijah harus berjibaku sendiri menopang hidup keluarga.

Keenam putrinya, sekarang sedang memasuki masa sekolah. Selain menopang hidup keluarga, Khadijah juga harus membiayai kebutuhan sekolah anak. Namun ia mengaku belum pantas disebut pahlawan.

Khadijah mengatakan, belum pernah menemukan figur pahlawan di kota Duri. Pada peringatan hari pahlawan ini, ia mengatakan sangat mengidamkan sosok pahlawan yang berani memperjuangkan masyarakat Indonesia hingga taraf sejahtera.

"Saat ini belum ada pahlawan yang benar-benar memperjuangkan kepentingan masyarakat Indonesia. Baik itu peningkatan kesejahteraan maupun peningkatan taraf pendidikan," tutup Khadijah.
Powered by Telkomsel BlackBerry®