Minggu, 20 November 2011

Lekukan Otak Terlihat Di Kepala Rahmat

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Leni (25) mengaku bingung, kenapa tiba-tiba kediamannya banyak dikunjungi wartawan. Yang ia tahu yakni, bahwa ia baru saja melahirkan bayi berkelainan. Namun ia tak tahu kelainan apa yang diderita anak ketiga yang ia lahirkan. Saat menemui Tribun, ia hanya menyalami dan tak banyak bicara. Ia mengeluarkan suara hanya saat Tribun melempar pertanyaan.

Ketidaktahuan Leni atas kelainan yang diderita anaknya merupakan kesengajaan suami dan keluarga. Menurut suami, Erizal (29), istrinya dianggap belum siap menerima kenyataan ini. Pria yang akrab disapa Panjul ini mengaku takut menyampaikan kelainan yang diderita anaknya. Panjul takut bila nanti istrinya mengalami depresi.

"Saya tak bisa pikir, bila bayi yang telah ia kandung selama 10 bulan lewat 10 hari ini tak memiliki batok kepala," ucap Panjul sembari berbisik dan bola matanya berkaca-kaca, Minggu (20/11).

Lanjutnya, jangankan istri saya, sementara saya sendiri merasa sangat sedih atas kenyataan ini. Anak ketiganya lahir dalam kondisi tak lazim. Otak manusia yang lahir secara normal pasti terlindung batok kepala. Namun otak bayi yang lahir dari rahim Leni nampak jelas secara kasat mata. Lekukan-lekukan otak yang lazim dilihat dalam gambar organ tubuh, dari kepala bayi yang diberi nama Rahmat, bisa dilihat jelas.

Leni dan Panjul mengatakan, pada masa kehamilan, tidak pernah mengalami hal-hal aneh. Tiap bulan Panjul mengantar istrinya untuk periksa kehamilan. Dan dari pemeriksaan kehamilan itu juga tak ada tanda-tanda aneh dalam kandungan. Leni mengatakan, pada saat hamil anak yang ia kandung, bergerak cukup aktif. Dari hal itu, bidan yang memeriksa pun mengatakan, kondisi bayinya tumbuh sehat.

Persalinan Rahmat yang lahir pada hari Sabtu (19/11) pukul 11.00 berjalan lancar. Rahmat lahir di rumah bersalin Alfiat, Jalan Jenderal Sudirman, Duri, Mapolsek Mandau. Saat Rahmat keluar dari rahim Leni, bidan yang membantu persalinan langsung merahasiakan kondisi Rahmat dari ibunya.

"Bidan itu langsung meminta saya dan mamah, untuk merahasiakan keadaan ini dari Leni. Karena kondisi Leni masih sangat lemah," lanjut Panjul.

Bahkan kala itu, Panjul sempat mengira anaknya sudah tak bernyawa. Karena, setelah lahir, Rahmat tak menangis. Namun tak beberapa lama, bibir dan tangan Rahmat bergerak-gerak. Saat itu juga, Panjul langsung meng-adzani anak ketiganya. Tambahnya, setelah saya adzani, napas anak saya kontan normal dan tak lama ia menangis.

Kala itu, bidan langsung membersihkan darah persalinan dari tubuh Rahmat. Proses persalinan Rahmat, menurut Panjul berjalan lancar. Bahkan lebih mudah daripada proses persalinan kedua kakaknya.

Rahmat memiliki berat badan 3,3 kg meski tanpa batok kepala. Dan panjang tubuh 48 cm. Kondisi tubuh Rahmat saat persalinan tergolong stabil. Namun melihat kondisi demikian, bidan dan beberapa keluarga langsung menyarankan Panjul untuk membawa anaknya ke RSUD Duri.

Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai supir angkutan kota ini, bersama mertua dan kakak iparnya, langsung membawa ke RSUD Duri. Namun setelah dibawa ke RSUD Duri, Rahmat tidak lantas ditangani. Selama beberapa puluh menit, Rahmat masih dalam pelukan neneknya, Efi (51).

"Silahkan tunggu di sebelah sana dulu bu, kita masih punya banyak pasien. Anak ini tak bakal tertolong lagi," ucap Efi menirukan ucapan petugas jaga di ruang bayi.

Efi kesal dan geram mendapat respon demikian. Lanjutnya, untung saja ada dua wartawan yang menghampiri kami dan langsung memaki-maki petugas tersebut. Tak lama, akhirnya Rahmat bisa ditangani.

Setelah itu Rahmat dirawat intensif di dalam inkubator lengkap dengan selang infus yang membantunya untuk terus bernafas. Kepalanya ditutup dengan menggunakan alat kesehatan yang higienis. Para perawat silih berganti untuk memantau keadaannya.

Sementara itu, dokter jaga Unit Gawat Darurat, Rumah Sakit Duri, dr Nur Ichwani, ketika ditemui Tribun mengatakan, si bayi malang mengalami kelainan di ruang tengkorak bagian atas yang tidak terbentuk. Hal ini karena bawaan sejak dalam kandungan atau biasa disebut dalam istilah kedokteran dengan Anencephaly.

Hal ini terjadi bisa dikarenakan asupan gizi yang kurang. Atau semasa hamil sering mengkonsumsi makanan yang bertentangan dengan medis. Tak hanya itu penyebabnya juga bisa akibat kejatuhan dan lain sebagainya.

Masih menurut dr Nur Ichwani, bayi malang tersebut awalnya hendak dirujuk ke Pekanbaru, namun karena pertimbangan keselamatan, pihaknya memutuskan untuk tetap merawat Rahmat di Rumah Sakit Duri. Karena beberapa hal pertimbangan termasuk karena peralatan yang kini dimiliki oleh RSU Duri sudah cukup mumpuni.

"Banyak pertimbangan kita, kenapa Rahmat tak jadi dirujuk, ya karena alasan keselamatannya. Jarak tempuh yang cukup memakan waktu sangat riskan dengan kondisinya seperti itu. Lagi pula peralatan kita di sini cukup mumpuni untuk merawatnya secara intensif," ujar dr Nur Ichwani.

Saat ini Panjul tinggal bersama anak dan istrinya di rumah kedai tumpangan bibinya. Yakni di Jalan Lintas Duri-Dumai, Simpang Jalan Pipa Air Bersih. Pada Tribun ia mengaku tak tahu bagaimana membayar biaya perawatan anaknya. Dan tak tahu harus meminta bantuan ke siapa. Hingga berita ini ditulis, Rahmat masih dirawat dalam tabung incubator, ruang Perinalogi, RSUD Duri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar