Selasa, 22 November 2011

Pemda Sosialisasikan Pengelolaan Persampahan

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Penumpukan sampah di beberapa titik di kecamatan Mandau, memberi kesan kumuh dan kotor. Hal ini terjadi berlarut-larut seakan tak ada kesadaran masyarakat dan pengelolaan sampah oleh pemerintah. Padahal perangkat kebersihan sudah bekerja secara maksimal membersihkan sampah yang berserakan.

UPTD Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Mandau, Nizamuddin mengatakan, pihaknya mengerahkan anggota dua kali dalam sehari. Pagi dan sore, puluhan anggota kebersihan dikerahkan. Namun tetap saja masyarakat Duri tetap membuang sampah semaunya sendiri.

"Sosialisasi pun sudah kerap kami lakukan di tingkat kelurahan dan desa, namun belum juga menyadarkan masyarakat," ujarnya pada Tribun, Selasa (22/11).

Bahkan pemkab Bengkalis melalui Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan pernah menerapkan jam khusus untuk membuang sampah. Lebih dari 250 ribu jiwa penduduk Mandau, memproduksi sampah yang cukup besar setiap harinya. Dari perhitungan Nizam, tiap hari masyarakat Mandau memproduksi sampah 100 kubik.

Dan bila pengelolaan sampah itu tak benar, maka akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Untuk mengelolanya, Nizam mengaku butuh bantuan masyarakat secara keseluruhan. Setidaknya masyarakat Mandau sadar akan kebersihan dan tak membuang sampah sembarangan.

"Untuk itu, kami memberikan pelatihan pengelolaan sampah pada seluruh elemen masyarakat yang ada di Mandau," ucap kepala Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan kabupaten Bengkalis, Indra Gunawan pada Tribun, Selasa (22/11).

Acara tersebut digelar di ballroom hotel Suzuka Duri, Selasa (22/11). Adapun peserta pelatihan diikuti oleh seluruh elemen masyarakat. Baik dari perangkat desa, kelurahan, puskesmas, pasar, dan LSM yang ada di Mandau.

Indra mengatakan, menjaga kebersihan kota, harus mendapat partisipasi seluruh masyarakat. Lanjutnya, pengelolaan sampah dengan benar, dapat memberi penghasilan bagi masyarakat. Tentunya dengan pengelolaan yang tepat. Sampah-sampah organik, bisa dimanfaatkan untuk pupuk. Sedangkan sampah anorganik, bisa diolah lagi menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis.

Indra juga menghadirkan instruktur dari Badan Lingkungan Hidup. Maksudnya untuk menjelaskan dampak apa yang disebabkan oleh penumpukan sampah. Sampah yang membusuk akan menimbulkan bakteri yang berbahaya bagi manusia. Keberadaan bakteri tersebut, tentu mengundang kedatangan lalat.

"Sementara lalat-lalat itulah yang nantinya menyebarkan penyakit. Maka dari itu melalui kegiatan ini, kami mengimbau masyarakat untuk lebih memerhatikan kebersihan," lanjutnya.

Indra juga meminta masyarakat untuk dapat memilah sampah dari jenisnya. Pisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik. Bila masyarakat memiliki halaman yang cukup, ia imbau untuk memanfaatkan halaman itu untuk pengelolaan sampah organik. Olah sampah organik hingga menjadi pupuk organik.

Prosesnya mudah, hanya hancurkan sampah organik tersebut hingga menjadi potongan kecil-kecil. Lalu campurkan komposter yang banyak dijual di toko pupuk. Selanjutnya aduk dan tunggu beberapa hari. Maka sampah itu akan berubah menjadi pupuk kompos. Menurutnya, pupuk kompos baik digunakan segala jenis tanaman.

"Untuk pengelolaan sampah anorganik, dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan sudah memesan mesin penghancur material plastik untuk dibuat menjadi bubur plastik. Namun mesin itu akan tiba dan bisa dioperasikan tahun 2012. Kami akan letakkan di tempat pembuangan akhir sampah," tambah Indra.

Selain memberikan pelatihan ini, Indra mengaku sudah membentuk tim perumus Raperda. Tim ini sedang bekerja dan nantinya menghasilkan peraturan daerah tentang sampah. Adakalanya, masyarakat harus didisplinkan dengan peraturan yang tegas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar