Rabu, 09 November 2011

Tindak Kekerasan Cederai Dunia Pendidikan Mandau

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN – Kepala SMPN 1 Mandau, Salmah SPd mengaku sedih terhadap awak media yang kerap menuliskan berita minor pada tempatnya bekerja. Baru-baru ini guru SMPN 1 Mandau dituding telah melakukan penamparan terhadap anak didiknya. Saat dijumpai Tribun, Salmah mengelak adanya kejadian itu. Menurutnya, dia tak pernah absen dalam bekerja.

"Jadi apapun yang terjadi di sekolah, saya pasti tahu. Dan selama ini tak ada pelanggaran apapun yang dilakukan pada anak didik saya. Bila hal itu memang terjadi, tentu orangtua murid protes ke sekolah," ucapnya, Rabu (9/11).

Tudingan itu muncul dari wali siswa SMPN 1 Mandau, Harto (42). Yang bersangkutan mengatakan, oknum guru berinisial Mf telah melakukan cara kekerasan dalam mengajar. Mf dituding telah menampar anak didiknya beberapa kali. Kejadian ini berjalan sudah lama. Tak ada siswa-siswi yang telah menjadi korbannya yang berani melapor.

Menurut Harto, siswa tersebut merasa takut bila mengadukan perbuatan guru tersebut. Sebagai orangtua yang menyekolahkan anaknya di SMPN 1 Mandau mengaku kecewa. Kalaupun ada kenakalan siswa, ia menganggap wajar. Namun tak perlu disikapi dengan melakukan penamparan.

"Oknum guru itu harus ditegur. Jika dia seperti itu terus, anak-anak akan trauma tak mau lagi sekolah. Kita sudah pernah menyampaikan keberatan ini kepada pihak sekolah, namun belum ada tanggapan. Karena tidak ada jalan penyelesaian, lebih baik kasus ini disampaikan aja ke publik, biar orang tahu bahwa dunia pendidikan belum lepas dari aksi kekerasan,'' sebutnya.

Adapun siswa yang kebanyakan menjadi sasaran emosi berlebihan oknum guru tersebut, duduk di kelas VII 1. Satu contohnya, ada seorang siswa yang mau pulang, hanya karena berdiri lebih dulu dari temannya langsung kena tampar. Peristiwa ini disaksikan siswa lainnya. Ada juga kasus siswa tak bisa buat PR, tak luput dari tangan ringan Mf.

Bila keterangannya dibutuhkan Harto siap hadir kapan dan dimana pun. Nama siswa-siswa yang korban keganasan oknum guru tersebut, juga sudah ada. Lanjutnya, saya tidak bicara bohong. Karena ini menyangkut kenyamanan anak-anak di sekolah, makanya nama mereka saya rahasiakan dulu. Tapi kalau Dinas Pendidikan atau pihak kepolisian membutuhkan data saya siap hadirkan korban dan saksi-saksi kejadian.

"Kalau diperpanjang permasalahan ini bisa masuk ke ranah hukum. Jadi saya minta pihak sekolah musti memperbaiki kelakuan oknum guru tersebut. Bahkan sudah ada siswa yang minta pindah dari sekolah itu, karena tak tahan lagi, dengan perlakuan kekerasan seperti itu,'' imbuhnya.

Saat ditanya kejadian-kejadian tersebut, Salmah mengaku telah menanyai anak didiknya di kelas VII 1. Namun ia mengatakan, tak pernah ada kejadian yang disangkakan. Namun ia juga mengatakan, memang ada siswa yang mengaku menerima tamparan. Namun kejadian itu sudah lama, yakni kala awal ajaran baru. Bocah yang menjadi korban ini mengaku tak membuat PR yang sudah ditugaskan selama seminggu.

"Namun sentuhan telapak tangan guru tersebut tak bisa dikatakan menampar. Dia hanya menyentuh pipi anak didiknya," tutup Salmah.

-----sidebar

Sangat kita sayangkan, jika di lingkungan sekolah masih terjadi aksi kekerasan. Padahal seorang guru itu haruslah mempunya sifat-sifat terpuji. Guru itu artinya seseorang yang bisa digugu dan ditiru. Ini kok main tampar. Berarti sudah menyimpang dan sudah mengarah kepada tindak kekerasan. Kalimat ini diucapkan Wakil Ketua Komisi IV DPRD Bengkalis Bidang Pendidikan, Rismayeni SPd, Rabu (9/11).

Seorang guru itu memang harus sabar dan tabah dalam mendidik anak-anak di sekolah. Bila ada permasalahan di rumah jangan dibawa ke sekolah, lalu menyalurkan amarah pada siswa dengan perbuatan dan perkataan tak mengenakkan.

"Namanya anak SMP itu usia labil yang membutuhkan pengawasan dan bimbingan guru. Mereka baru mengenal lingkungan baru dan berinteraksi dengan orang-orang lain. Jadi mungkin saja ada sikap siswa yang menjengkelkan. Tapi jangan pula main tangan dalam memberi pelajaran kepada mereka. Bagaimana nanti kalau pemukulan itu dilaporkan ke polisi, guru pasti repot sendiri, karena termasuk tindak pidana penganiayaan,'' ucap Rismayeni yang juga mantan guru.

Kepada pihak sekolah, bila mengetahui ada guru-gurunya berbuat tidak pada tempatnya, hendaknya diberi peringatan. Jangan menutup-nutupi. Kesannya nanti perbuatan penamparan itu dibenarkan. Padahal dalam mendidik anak, tidak boleh sedikitpun ada unsur kekerasan. Guru juga harus maklum atas kenakalan anak-anak. Bagaimana kalau anak kita yang ditampar orang, pasti sakit hati. Jadi sebelum dibuat sama anak orang, ingat anak kita dulu.

Supaya aksi kekerasan terhadap siswa tidak terulang lagi, Rismayeni meminta kepada Dinas Pendidikan menindak tegas oknum guru tersebut, jika terbukti. Harus ada efek jera. Kalau perlu guru yang bermasalah itu disuruh sekolah etika, agar akhlaknya menjadi lebih baik.

"Bisa pangkatnya tidak dinaikkan. Kalau kelewatan berhentikan saja. Untuk apa guru seperti itu dipertahankan, hanya merusak mental anak-anak. Kepala dinas atau UPTD tolong tinjau ke lapangan, tanya langsung sama siswa yang kena tampar itu. Mana berani orangtua buat surat, bisa-bisa anaknya dipersulit atau tak naik kelas,'' tukasnya.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar