Rabu, 30 Maret 2011

UIR Biakkan Ikan Maskot

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

PEKANBARU, TRIBUN - Pemijahan ikan selais tidak jauh beda dengan jenis ikan lain. Pemijahan ikan yang dijadikan ikon kota Pekanbaru oleh walikota, Herman Abdullah, memang membutuhkan perhatian lebih. Bentuk perhatian itu, harus mengetahui waktu-waktu produktif ikan. Apabila hal itu terlewatkan maka keberlangsungan pemijahan tidak akan maksimal.

Menurut sepengetahuan Dekan Fakultas Pertanian UIR, Rosyadi, belum ada lembaga pendidikan di Prov Riau yang mampu memijahkan ikan selais. Baru di tempatnya bekerjalah yang dapat memijahkan ikan tersebut. Ikan yang kerap diolah menjadi ikan asap ini biasanya didapatkan dari sungai.

Semakin meningkatnya penangkapan ikan tersebut, maka populasinya semakin menurun. Hal tersebut yang mendorong Rosyadi untuk mencoba membiakkan ikan selais. Selain itu, karena ikan ini memiliki banyak kelebihan dibanding ikan lain. Kandungan protein ikan ini tidak kalah dengan ikan lain dan tidak ditemukan kandungan kolesterol pada ikan ini.

Apabila diolah dengan cara diasap, ikan ini memberi citarasa yang beda. Jauh lebih renyah dan sesuai dengan selera masyarakat Riau. "Nilai ekonomis ikan ini cukup tinggi, harga per kilo bila telah diolah menjadi ikan asap bisa mencapai Rp 250 ribu," lanjutnya.

Populasi ikan tersebut, banyak ditemukan di sungai kampar, sungai kuantan dan beberapa sungai lain di Riau. Awal mula ia dapatkan induk ikan selais, yakni berkerjasama dengan masyarakat langgam, Pelalawan.

Setelah mempelajari sifat-sifat ikan, ternyata memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan jenis ikan lain. Dari pengamatan yang ia lakukan, maka ia mencoba untuk memindahkan induk ikan tersebut ke dalam kolam. Setelah diamati beberapa hari, ternyata tidak ada perubahan yang menyebabkan stres pada ikan.

Ikan ini lebih senang berada pada dasar sungai. Maka sengaja, kolam dibuat dengan kedalaman dua meter. Untuk menjaga kesehatan dan kualitas daging ikan tersebut, ia memberikan nutrisi khusus pada pelet. Ikan yang telah siap dipijahkan, yakni pada saat memasukki usia 7 hingga 9 bulan. Induk ikan selai dapat bertelur hingga tiga kali. Setelah itu ikan tidak lagi produktif, hanya bisa dikonsumsi.

Pemijahan sebaiknya dilakukan di Aquarium, pada malam hari. Setelah menetas, bayi-bayi ikan sebaiknya dipindahkan pada tempat yang berbeda setelah tiga hari. Pada saat pembesaran bibit tersebut sebaiknya tidak terlambat saat memberikan pakan. Karena ikan ini bisa berlaku kanibal atau memakan sesamanya. Pelet yang diberikan pada bibit selais ini, dibuat khusus dengan ukuran yang lebih halus.

Setelah tiga bulan, ikan itu akan tumbuh sekitar 15 cm. Untuk mendapatkan ukuran ikan yang siap konsumsi atau mencapai berat 80-90 gram, yakni pada usia 10 bulan. Namun Rosyadi bersama tim pemijah selais UIR, sengaja melepaskan ikan tersebut ke danau buatan di Rumbai pada saat ikan berusia 3 bulan. "Dalam rangkaian percobaan ini, kami belum berorientasi pada mencari keuntungan," imbuhnya.

Kepada Tribun, ia mengatakan, membuka kesempatan lebar-lebar bagi masyarakat yang akan belajar lebih jauh bagaimana memijahkan ikon kota Pekanbaru ini. Namun pihaknya memberi catatan, hanya bagi masyarakat yang benar-benar serius ingin memelajarinya. Sedangkan bila ada siswa-siswi SMA sederajat yang mempelajarinya, bisa langsung mengajukan ke Fakultas Pertanian UIR.



Powered by Telkomsel BlackBerry®

UIR Jual Produksi Pertanian Siswa Magang

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

PEKANBARU, TRIBUN - Fakultas Pertanian UIR gelar acara penjualan perdana buah melon hasil produksi siswa SMKN Kuala Cenahu, Indragiri Hulu. Penjualan perdana tersebut diresmikan oleh Rektor UIR, Detri Karya, Rabu (30/3). Pada kesempatan tersebut, Detri juga mengawali pembelian buah melon dan beberapa hasil produksi lain yang di pajang.

Setelah rektor berbelanja, diikuti oleh beberapa pejabat kampus beserta staf. Dalam pidatonya, Detri mengatakan, dari dulu hingga sekarang, profesi petani masih dianggap sebelah mata. Ia merasa punya kepedulian merubah citra tersebut. Baginya, petani merupakan manusia yang sangat berjasa atas kelangsungan hidup orang banyak.

"Tanpa petani, sehebat apapun orang tidak akan bisa hidup," ujarnya.

Masih menurutnya, petani itu memiliki rasa disiplin yang tinggi. Ia harus memperhitungkan kapan waktu tanam dan memberi pupuk yang tepat. Sedikit saja lengah atau terlambat, maka tanamannya bisa mengalami gagal panen. Maka dari itu, sesungguhnya, petani itu bisa dikatakan pahlawan. Karena memberi penghidupan bagi banyak manusia.

Melalui langkah ini, Detri berharap supaya tidak hanya ada agenda penjualan perdana, namun bisa dilanjutkan berkelanjutan. Ia mengatakan puas atas hasil produksi 15 siswa SMKN Kuala Cenahu. Hasil produksi lain yang dijual yakni, buah durian montong, sayur organik, bibit ikan nila, bibit ikan patin, bibit ikan lele, pupuk organik dan bibit pohon durian.

Dekan Fakultas Pertanian UIR, Rosyadi mengatakan, ke-15 siswa ini memang ditempa di UIR, supaya bisa belajar secara maksimal. Ia menganjurkan menanam melon juga dikarenakan, sifat dasar buah ini tergolong susah perawatannya. Selain itu, nilai ekonominya cukup menjanjikan. Modal yang dikeluarkan tidak begitu besar, namun bisa menghasilkan keuntungan yang lumayan.

Dalam areal tanah 20x50 meter, dapat ditanam hingga 600 batang pohon melon. Dan bila sekali panen, bisa menghasilkan keuntungan hingga Rp 24 juta. Sedangkan modal yang dikeluarkan hanya berkisar Rp 4 juta. Dengan catatan, memproduksi pupuk sendiri. "Kebetulan, UIR sudah memiliki alat pembuat kompos berkapasitas 1,6 ton/jam, jadi tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pupuk," ucapnya.

Untuk mencapai masa panen, buah melon hanya butuh waktu dua bulan. Ditambah masa semai dua minggu, jadi diperkirakan sekitar tiga minggu sudah dapat menikmati hasilnya. Kegiatan magang siswa SMK ini tidak hanya menanam melon, melainkan ikut pula membiakkan ikan lele, patin, nila dan selais. Detri berharap, selepas kegiatan magang tersebut, para pelajar ini dapat menerapkan ilmu yang didapat di kampung halaman masing-masing.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 28 Maret 2011

Tim Android UR

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tim Android Siap Berlaga Pada KRCI

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

PEKANBARU, TRIBUN - Tim Android UR siap berlaga pada ajang Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) regional I di Kota Batam, Mei mendatang. Tim ini beranggotakan dua mahasiswa Teknik Elektro, Rio Fathro dan Hari Ramadhan. Kedua mahasiswa semester X ini hampir merampungkan robot berkaki pemadam api.

Proses pengerjaan telah mencapai 90 persen. Keduanya mengaku senang karena hanya tinggal merampungkannya. Pada saat diuji, robotnya bisa bekerja dengan baik. Riset untuk merancang robot ini tidaklah cepat. Keduanya mengaku telah memulai riset sejak dua tahun lalu.

"Kami harus berkali-kali mengalami kegagalan dalam mengerjakannya," ujar Rio saat ditemui di labor elektro, Senin (28/3).

Untuk membuat kontruksi body robot, keduanya mengaku harus mengulang sebanyak enam kali. Yang menurutnya paling sulit ketika merancang kaki-kaki. Robotnya memiliki empat kaki, setiap kaki memiliki dua sendi. Untuk menggerakkan dua sendi pada kaki robot, bagi mereka merupakan tahapan cukup rumit. Setiap persendian, mereka pasang servo atau dinamo penggerak.

Untuk mengatur irama pergerakan yang pas itu harus diatur dengan mikro kontroler. Selama proses pengerjaannya, keduanya mengaku telah 16 kali mengalami kerusakan sevro. Gear box sevro yang mereka dapatkan dari pulau jawa harus rontok karena salah perhitungan. Hal itu pula-lah yang menyebabkan lamanya proses pengerjaan.

Ketika rusak harus memesan baru, dan lama pengiriman bisa mencapai satu minggu. Hal itu harus berulang sebanyak 16 kali. Selain itu keduanya juga terkendala minimnya dana pembuatan robot tersebut. Sensor pendeteksi api yang ditanam pada robotnya, harus di pesan dari Ibukota dengan harga Rp 1,5 juta. Belum lagi peralatan lain yang dibutuhkan pada rancangan robotnya.

Keterbatasan dan ini juga sempat menghambat pengerjaan robot berkaki tersebut. Mereka menjelaskan kepada Tribun, apa saja yang dibutuhkan dalam merangkai robot. Yang pertama harus membuat konstruksi dengan pas, lalu merangkai kit mikro kontroler, sensor api, sensor jarak sebagai pengatur navigasi jalan. Selain itu harus menyiapkan delapan sevro, baterai litium ion 6 volt, dua buah baterai 9 volt, tabung air dan pompa.

Keduanya mengaku telah siap bertarung dalam ajang kontes robot tahun ini. Apapun hasilnya nanti, bagi keduanya tidak begitu membebani. Tahun lalu, keduanya juga pernah mengikuti ajang yang sama namun kotes robot beroda. Hari mengaku, untuk mengerjakan robot berkaki jauh lebih rumit ketimbang beroda.

"Tujuan kami mengerjakan robot ini tidak hanya untuk mengikuti kontes, namun lebih senang bila kedepannya, bisa dijadikan modul perkuliahan adik kelas," ucap Hari.

Pembuatan robot berkaki di UR merupakan yang pertama kali, maka mereka ingin supaya bisa menjadi rujukan untuk disempurnakan oleh adik-adik angkatan. Untuk mengerjakan robot ini, keduanya mengaku telah menghabiskan dana sekitar Rp 10 juta. Namun tidak semua ditanggung mereka berdua, sebagian lagi dibantu dosen pembimbing.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 25 Maret 2011

Lias Serius Berlatih Demi Medali

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

PEKANBARU, TRIBUN - Tekad mahasiswa jurusan Biologi semester 8 UR, Liastiana Aisyah masih bulat untuk meniti karir di dunia persilatan. Raihan emas kejurda Riau tahun 2009 dirasa belum cukup karena masih banyak jenjang prestasi yang bisa diraih.

Saat ditemui Tribun di kantor Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Olahraga Beladiri UR, pihaknya mengaku masih ingin mengikuti kejuaraan yang lebih tinggi. Peraih medali perak Porda 2010 ini, masih rutin latihan tiap hari. "Untuk menjadi atlet, hendaknya bisa menjaga kondisi badan supaya tetap fit," ucapnya, Kamis (24/3).

Awal mula ia meniti karir di dunia persilatan hanyalah ikut-ikutan teman untuk masuk padepokan persilatan. Tidak ada niatan apalagi mimpi untuk menjadi atlet silat. Namun setelah lama-kelamaan jadi lebih bisa menikmati dunia persilatan. Dari situlah awal mulanya mencintai silat dan timbul mimpi untuk menjadi atlet berprestasi.

Pertama kali gabung perguruan silat yakni ketika wanita yang akrab disapa Lias duduk di kelas I SMP. Bersama rekan satu permainannya, ia bergabung pada perguruan Himpunan Seni Silat Indonesia Elang Sriwidjaja Cakti (Himssi Essa). Dari perguruan tersebut, ia mendapat banyak teknik atau jurus beladiri. Tidak hanya itu, dari perguruan inilah, Lias memulai karirnya sebagai atlet.

Hampir setiap tahun dirinya diikutkan kejuaraan pencak silat yang digelar di seputar Riau. Saking seringnya mengikuti kejuaraan, ia tak ingat lagi berapa medali yang diraih. Prestasi yang menurutnya tertinggi dan pretisius yakni ketika meraih emas pertama kali pada kejurda 2009. Kala itu Lias dapat mengalahkan saingan terberatnya yakni atlet dari Kabupaten Rokan Hulu.

Sejarah mencatat, lima kali bertanding, ia baru bisa mengalahkannya pada kejurnas 2009 dan meraih emas. Pengalaman menarik lainnya ketika ia harus mewakili kepulauan Natuna pada ajang Gubernur Kepri Cup. Kejuaraan yang mengundang peserta dari Batam, Tanjung Pinang, Pulau Bintan, Tanjung Balai Karimun dan Singapura ia tampil cukup percaya diri dan berhasil menyabet medali perak.

Banyaknya prestasi yang ditoreh, membuat orangtuanya berlaku biasa-biasa saja terhadap dirinya. Namun tetap melepas kepergian anak-anaknya bila hendak mengikuti kejuaraan di luar kota. Anak kedua dari tiga bersaudara ini bukan satu-satunya yang berprestasi. Ketiga bersaudara ini, semuanya merupakan atlet silat. Ketiganya sering membawa medali pulang kerumah. Jadi wajar bila orangtuanya tidak seekpresif kala anaknya mendapat medali pertama kali.

"Namun orangtua tetap bangga dengan prestasi anak-anaknya, tak jarang mamah ikut membelikan alat-alat latihan," lanjutnya.

Pihaknya mengaku ingin membagi pengalaman bagaimana menjadi atlet berprestasi. Pertama yang harus diperhatikan yakni disiplin berlatih. Yang kedua, harus menjaga pola makan sehat, dengan tidak memakan makanan yang pedas, dingin dan berminyak. Lalu yang terakhir jaga kondisi badan agar tetap fit.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 23 Maret 2011

Biopori Bisa Jadi Solusi Genangan Air

Biopori Bisa Jadi Solusi Genangan Air

PEKANBARU, TRIBUN - Siswa SMAN 8 manganggap lubang resapan biopori bisa jadi solusi gelangan air yang kerap terjadi di Pekanbaru. Ide mahasiswa IPB membuat biopori untuk dilanjutkan dengan memberikan penyuluhan pada masyarakat.

Siswa kelas 11 IPA 1, Yoshe Larissa Ulfa mengatakan, manfaat teknologi alternatif ini sangat banyak. Selain sebagai solusi genangan air, juga bisa menjadi tempat pembuatan kompos.

Pelajar yang kerap memberikan pelatihan ke masyarakat ini mengatakan, tanaman yang tumbuh di dekat lubang pori jauh lebih subur ketimbang yang tidak di dekat lubang biopori. Hal ini telah dipraktekkan di sekolahnya.

Untuk menghasilkan kompos, masyarakat dapat membuang sampah organik kedalam lubang biopori tersebut. Diamkan selama dua minggu. Dengan sendirinya akan memberi hara yang dibutuhkan tanaman.

Rekan sekelas Ulfa, Nisa Addina menambahkan, sampah-sampah yang terkumpul di dalam lubang biopori tersebut akan terurai dan membuat pori-pori kecil dalam tanah. Itu yang memberikan oksigen dapat lebih banyak terkandung dalam tanah.

Kedua siswi yang telah menjadi penyuluh sejak kelas 10 ini merasa senang karena dapat langsung berkontribusi untuk masyarakat Pekanbaru. Hampir tiap bulan pihaknya memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

"Sejak awal masuk SMA sudah diajarkan untuk jadi penyuluh, sangat senang apalagi Februari lalu bisa memberikan penyuluhan di kantor walikota," kata Ulfa.

Kedua siswi yang tergabung dalam ekstra kurikuler Ecological Youth Environment Source (EYES ) ini juga mengajarjarkan bagaimana membuat lubang biopori. Lubang biopori dibuat dengan bor biopori. Kedalaman lubang cukup satu meter, lalu di permukaan tanah diberi peralon setinggi 20 cm.

Hal ini dimaksudkan untuk menangkal guguran tanah kedalam lubang. Kedua siswi ini memersilahkan bagi siapapun yang akan mendapatkan penyuluhan. "Langsung saja layangkan surat ke sekolah bila ingin mengajukan penyuluhan," ujar Ulfa.

Sedangkan untuk mendapatkan alat bor biopori, SMAN 8 menyediakannya bagi masyarakat yang membutuhkan. Bor seharga Rp 180 ribu bisa dibeli di sekolah. "Jangan dilihat dari harganya, namun dapat memberikan banyak manfaat," Ucap Nisa.

Kepala SMAN 8, Nurfaisal mengatakan, kami menganggap penting memberikan sosialisasi tentang manfaat menerapkan biopori. Maka dari itu kami agendakan secara rutin untuk memberi penyuluhan bagi masyarakat.

Selain itu, melalui program ini juga pihaknya menilai dapat mendidik siswa untuk lebih peka terhadap lingkungan. "Sengaja kami arahkan siswa untuk memberikan penyuluhan secara langsung kepada masyarakat yang membutuhkan," lanjutnya.

Namun belakangan, banyak instansi yang justru meminta untuk diberikan penyuluhan penerapan biopori ini. Pertengahan Februari lalu, SMAN 8 diminta memberikan penyuluhan di kantor Walikota. (Cr12)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Bikin Antena dari Batok Kelapa

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

PEKANBARU, TRIBUN - Denny Saputra bersama empat rekan kelompoknya, Hesti Madoya, Aji Suroso, Lesnawati dan Nurlaili berhasil ciptakan antena televisi dari bahan dasar batok kelapa. Karya empat orang mahasiswa jurusan Kimia semester empat Universitas Muhammadiyah Riau ini merupakan hasil dari tugas kelompok mata kuliah fisika terapan yang mereka geluti.

Antena yang sedang dalam proses pengurusan Hak Cipta ini mendapat apresiasi positif dari dosen-dosen UMRI. Humas UMRI, Elviandri mengatakan, karya ini sangat bermanfaat bagi masyarakat.

"Antena ini digunakan di dalam ruangan namun gambar yang dihasilkan dari antena ini sangat jernih," ucapnya, Senin (28/2).

Setelah melihat kehebatan antena ciptaan mahasiswanya, Pembantu Rektor I, M Rasyad Zein langsung menguruskan lisensi hak cipta supaya tidak dapat diakui karya oranglain. Pihaknya sangat mengapresiasi karya anak didiknya yang dapat memberi kontribusi nyata pada masyarakat.

"Meski karya mahasiswa kami nampak sederhana, namun manfaatnya saya nilai luar biasa," ujar Rasyad kala ditemui Tribun di kantornya.

Kepada Tribun, Denny dan Hesti mengaku tidak menemui banyak kesulitan dalam pengerjaannya. Keduanya mengatakan, pengerjaan antena ini hanya memakan waktu tiga hari. Denny mengaku mendapat banyak inspirasi dari dosen pembimbing.

Keduanya berkeinginan bisa mengamalkan ilmu yang didapat dari kelas. Selain itu keduanya juga bermimpi untuk bisa menjual karyanya tersebut supaya bisa bermanfaat bagi masyarakat.

"Kami ingin sekali bisa mengamalkan materi kewirausahaan yang diajarkan di kelas, nah melalui antena ini, mungkin bisa menjadi langkah awal kami dalam berbisnis," kata Denny.

Hesti mengatakan, tidak akan membandrol dengan harga tinggi, atas produk yang telah dihasilkan. Lebih senang bila karyanya bisa bermanfaat bagi masyarakat luas ketimbang keuntungan secara finansial.

Untuk memercantik tampilan antena tersebut, rencananya mereka akan mendisain ulang bentuk dari bentuk semula. (Cr12)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Bangga Jadi Duta Bangsa

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

PEKANBARU - Bangga telah perkenalkan budaya melayu pada masyarakat Australia. Siswi SMAN 2 Pekanbaru kelas XI IPA 1, Yosepha Yosi Raih Candra merasa bangga ketika mendapat kesempatan menjadi duta negara ke negeri Kanguru. Kesempatan yang ia perjuangkan sebelumnya ini merupakan pengalaman pertama kali baginya.

Yosi mendapat kesempatan ini karena mengikuti ajang Telkomsel Skill Community Desember lalu. Pada kesempatan ini, ia mengaku banyak bercerita tentang budaya melayu dan sempat pula mengajarkan pada orangtua asuhnya bagaimana membuat nasi goreng.

"Saya sengaja membawa literatur budaya melayu untuk ditunjukkan pada masyarakat Australia," ujarnya, Rabu (16/3).

Seusai program ini, Yosi mengaku tidak bisa melupakan pengalaman di Australia. Selain dapat memperkenalkan budaya Indonesia juga mendapat pengalaman mempelajari budaya Australia. Selama dua minggu di Australia ia mengaku sempat mencicipi belajar di Campbelltown University.

Di kampus yang berlokasi sekitar 45 menit dari Sydney, Yosi diperkenalkan dengan budaya dan apa-apa yang menjadi ciri khas Australia. Yakni, kehidupan sehari-hari mayarakat, makanan, pariwisata, Binatang khas Australia.

Untuk mendapatkan kesempatan ini, pihaknya harus melalui beberapa tahapan seleksi. Proses seleksi dilakukan tiga tahap. Pertama, mengirimkan dua essay, masing-masing tentang pengalaman menggunakan produk telkomsel dan alasan kenapa mengikuti program tersebut.

Karena program ini merupakan belajar singkat di Australia maka syarat penulisan essay tersebut menggunakan bahasa inggris. Jika lolos seleksi pertama, maka akan diminta mempresentasikannya menggunakan bahasa Inggris. Setelah itu ada proses wawancara. Dari sekian banyak peserta yang mengikuti ajang tersebut, dia yang terpilih mewakili Riau.

Semua biaya ditanggung Telkomsel selaku penyelenggara acara. Mulai dari pengurusan paspor, transportasi, akomodasi, penginapan hingga uang saku untuk berbelanja ditanggung. Selama di sana pun Yosi mendapat orangtua asuh yang baik.

Yosi mengaku ingin membagikan pengalaman ini pada teman-temannya dan keluargannya. Apa yang telah ia raih supaya menjadi motivasi bagi yang lain. Setelah program ini berakhir, ia mengaku mendapat dua kali tawaran belajar di luar negeri.

"Bila ingin sukses, maka jangan pernah takut untuk gagal, inilah pesan orangtua yang selalu menjadi motivasi saya dalam memperjuangkan apapun," tutupnya.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Deg-degan Pentas Di Hadapan 37 Negera

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

PEKANBARU, TRIBUN - Pengalaman pertama menjadi tokoh utama pada pementasan teater di ibukota begitu mendebarkan jantung Suryani. Ajang Pencak Silat 2010 World Championship di padepokan Taman Mini Indinesia Indah dibuka dengan pagelaran teater yang menceritakan kisah-kisah asli negeri ini.

Kala itu, Suryani bertindak sebagai aktor utama Putri Kaca Mayang. Peran ini ia dapatkan dengan melalui casting yang diselenggarakan di Kabupaten Siak. Siswi kelas X SMAN 1 Siak ini mengaku belum pernah menggeluti dunia seni peran sebelumnya. Pementasan itu disaksikan langsung Menpora, Andi Malarangeng dan beberapa duta besar beserta kontingen dari 37 negara peserta. Total penonton pada acara pembukaan ajang tersebut sekitar 5 ribu orang.

Perasaannya kala itu bercampur aduk, antara bangga, gugup dan membuat jantung berdebar. Sebelumnya ia mengaku hanya berlatih selama sebulan di kota kelahirannya, Siak. Dengan persiapan yang singkat, ia dituntut memerankan tokoh putri kaca mayang dengan sempurna.

"Dalam pikiran saya itu tidak boleh melakukan kesalahan, karena pementasan teater tidak ada pengulangan layaknya bermain film atau sinetron," ujarnya saat ditemui pada acara olimpiade MIPA di Universitas Riau, Selasa (22/3).

Putri kaca mayang yang ia perankan, dalam kisah itu merupakan legenda seorang putri melayu yang cantik jelita. Putri dari raja Gasib ini hendak dipersunting raja Aceh, namun raja Gasib menolak lamaran tersebut. Karena menduga raja Aceh ini memiliki niat jahat dan ingin membalaskan dendam semata.

Dalam alur cerita rakyat ini, putri kaca mayang tersebut diculik oleh sang raja Aceh. Selama penculikan putri mengalami sakit keras, hingga akhirnya diselamatkan oleh panglima gagah perkasa Gimpam. Panglima sakti ini berhasil membawa pulang putri kaca mayang. Namun ketika dalam perjalanan putri menghembuskan napas terahirnya akibat sakit yang dideritanya.

Selama latihan, Suryani mengaku sedikit kesusahan kala adegan menangis. Harus bisa mengontrol perasaan supaya menghasilkan ekspresi yang pas. Namun, Indonesia patut bangga karena dengan pementasan ini, negeri peserta ajang pencaksilat dunia menjadi tahu legenda Putri Kaca Mayang. Suksesnya pementasan tersebut, membuat dia dan keluarganya bangga, telah mewakili Indonesia memperkenalkan ragam budaya dan cerita ke mancanegara.

Kegiatan pementasan ini, menurut Suryani sangat mengganggu aktifitas sekolah. Karena keberangkatannya pentas teater ke Jakarta bersamaan dengan kegiatan ujian tengah semester di sekolahnya. Belum lagi agenda latihan yang cukup padat, membuatnya sesekali meninta izin tidak masuk sekolah.

Sepulangnya dari Jakarta, Suryani harus mengikuti ujian susulan. Belakangan ada kelompok teater yang mengajaknya latihan, namun ia tolak karena akan mengganggu proses belajar di sekolah. Namun dia mengaku masih mencintai dunia seni peran. Suatu saat nanti pasti akan digelutinya lagi.



Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 22 Maret 2011

Siap Kapanpun Dibutuhkan

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

PEKANBARU, TRIBUN - "Bila ingin jadi relawan harus total," ujar sekertaris umum PMI unit UR, Desi Mursarina, Sabtu (19/3). Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester 8 ini mengaku akan menjadi relawan kemanusiaan hingga akhir hayatnya.

Baginya, dalam menjalani hidup yang hanya sekali ini, harus bisa berbagi dengan sesama. Kepeduliannya terhadap keselamatan orang lain ini mendorongnya untuk bergabung dalam lembaga kemanusiaan yang diakui dunia. Desi resmi bergabung dengan Palang Merah Indonesia (PMI) sejak tiga tahun lalu.

Jiwa patriotnya timbul ketika kerap menyaksikan banyak bencana terjadi silih berganti di negeri ini. Ia mengaku senang ketika bisa menolong orang yang sedang tertimpa musibah. Bila mendengar kabar ada yang tertimpa musibah, hatinya langsung tergerak untuk memberi pertolongan sekuat tenaga.

Menjadi anggota PMI, ia merasa banyak mendapat pengetahuan bagaimana memberikan pertolongan pada korban bencana. Tidak hanya itu, PMI juga mengajarkan bagaimana memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.

Tak jarang ia menjadi anggota relawan bencana alam yang terjadi di negeri ini. Tak peduli harus mengorbankan kewajibannya sebagai seorang mahasiswa. Prinsip relawan sejati yakni selagi bisa diupayakan untuk menyelamatkan jiwa orang, kenapa harus terhalang berbagai hal. Prinsip ini pasti melekat pada relawan di semua penjuru dunia.

Kepada Tribun, ia menceritakan pengalamannya kala menjadi relawan korban banjir di rumbai tahun 2009. Berbekal pengetahuan medis dasar, ia rela berkubah air dan meninggalkan aktifitas perkuliahan selama dua minggu. Kala itu, ia merelakan diri mengenakan baju basah dan kurang tidur.

"Yang terfikirkan kala itu hanya, memberikan pertolongan pada korban bencana semaksimal mungkin," lanjutnya.

Mahasiswi yang hendak mengerjakan tugas akhir ini mengaku kerap ditunjuk sebagai anggota tim medis kampus pada event-event tertentu. Untuk gerakan kemanusiaan, ia mengaku siap kapanpun dibutuhkan. Termasuk bila sewaktu-waktu ada musibah yang harus segera ditangani, Desi mengaku akan mengupayakan semaksimal mungkin.

PMI mengajarkan beberapa keterampilan dasar untuk menangani musibah pada para anggotanya. Yakni, Pertolongan Pertama, Pertolongan Bencana, Pertolongan Keluarga, Water Sanitasi, Restoring Family Link, Relief (penanganan pasca bencana) dan assessment. Dari sekian banyak keterampilan, Desi akan lebih mendalami keterampilan Pertolongan Pertama dan Pertolongan Bencana.

"Dengan dua keterampilan tersebut, kita dapat langsung menangani korban bencana atau kecelakaan yang terjadi di sekitar kita," lanjutnya.

Selama hidupnya, Desi mengaku telah banyak memberi pertolongan pada orang pingsan. Kepada Tribun Ia menjelaskan beberapa tahapan menangani orang pingsan. Pertama-tama baringkan orang tersebut di tempat yang teduh. Lalu longgarkan ikat pinggangnya dan lepaskan sepatunya. Selanjutnya panggil-panggil namanya. Bila korban tidak merespon, ciumkan bau-bauan yang menyengat. Tahapan terakhir bila korban belum juga sadar, beri napas buatan.

Setelah sadar, beri minuman hangat dan mengandung guklosa. Rata-rata orang pingsan karena lemas dan kondisi perut belum terisi.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 17 Maret 2011

Kincir Air Pemutar Turbin

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

PEKANBARU, TRIBUN - Tiga orang siswa SMA Kalam Kudus, Nikko Hermawan, Irvan Suherman, Hendra Jingga rancang pembangkit listrik dari kincir air. Ide awal yang didapat Nikko, memanfaatkan air terjun untuk menggerakkan turbin penghasil listrik.

Kincir air ini juga dapat berfungsi sebagai pompa air. Putaran kincir air yang digerakkan air terjun ini dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin. Sementara itu putaran kincir air tersebut juga dimanfaatkan untuk menggerakkan katrol yang telah diberi gayung untuk mengangkut air.

Saat ditemui disekolah, ketiga siswa ini mengatakan, pembuatan kincir air ini dimaksudkan untuk diikutkan perlombaan karya tulis ilmiah yang gelar mahasiswa UR pertengahan tahun lalu. Rancangan replika pembangkit listrik ini mereka buat menggunakan stik batang es krim. Stik batang es krim tersebut dirangkai layaknya kincir air.

Kincir air berbentuk segi delapan ini dirangkai lengkap dengan katrol dan replika turbin. Pembuatan kincir air ini menghabiskan ratusan stik es krim. Ketiganya mengaku beberapa kali gagal dalam menyusun kincir air hingga rapih.

"Harus beberapa kali ke toko untuk membeli stik yang patah," ujar Irvan, Kamis (17/3).

Namun pada saat pengujian, replika tersebut sempat patah akibat dorongan panitia terlalu keras. Dimaksudkan hendak memutar kincir air rancangan ketiga siswa SMA Kalam Kudus ini. Namun hal itu bisa diatasi dengan mengelem ulang kincir air yang sempat patah.

Namun dalam perlombaan tersebut, rancangan mereka belum berhasil menyabet juara. Ketiganya mengakui bahwa rancangannya masih banyak kekurangannya. Saat dihujani pertanyaan oleh juri, ketiganya mengaku belum memersiapkan jawaban. Nikko mengatakan, memang belum sempat mengukur berapa volume air yang bisa dihasilkan dalam setiap purataran kincir.

Selain itu, ketiganya juga belum mengetahui berapa watt listrik yang bisa dihasilkan turbin yang digerakkan kincir air tersebut. Mendapat hasil yang kurang memuaskan pada ajang tersebut, ketiganya mengaku tidak menjadi patah semangat. Nikko dan kedua temannya ini mengaku akan terus melakukan eksperimen meski tidak ada perlombaan.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Mahasiswa PCR Ciptakan Mesin Pencetak Paving Block

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

PEKANBARU, TRIBUN - Mahasiswa Policaltek Caltek Riau (PCR), Irfan Adi Muhammad selesaikan proyek alat pencetak paving block. Melihat pembuatan paving block yang biasanya dilakukan secara manual, Irfan merancang alat modernnya. Dalam merancang alat tersebut, Ia sengaja mengamati pembuatan paving block tradisional selama dua hari.

Dari hasil pengamatannya, ia mengatakan, pembuatan paving block tersebut cukup mudah. Yakni, campuran pasir dan semen dimasukkan kedalam cetakan lalu dipadatkan. Proses pemadatan yang dilakukan secara tradisional dengan cara dipukul-pukul. Hal ini tentunya membutuhkan tenaga yang kuat supaya kepadatan paving block ini sempurna.

"Saya memikirkan bagaimana proses pemadatan ini digantikan oleh mesin," tuturnya, Kamis (17/3).

Menurutnya,bila proses ini digantikan oleh mesin, maka kerja pembuat paving block akan semakin ringan. Tentunya energi yang dikeluarkan akan semakin sedikit. Bila energi, pembuat paving block itu dialihkan untuk pekerjaan lain tentu akan lebih produktif.

Melihat kebutuhan ini, Irfan memulai mengerjakan proyek ini. Namun, ia mengaku masih belum ada bayangan bagaimana rangkaian alat tersebut. Untuk mencari inspirasi bagaimana bentuk mesin yang akan dibuatnya. Ia sengaja melihat-lihat alat pembuat paving block di toko-toko mesin. Pihaknya mengaku menemukan alat pembuat paving block namun masih manual. Yakni tetap membutuhkan tenaga manusia untuk mengepres paving block.

Dari proses itulah muncul ide, bahwa pekerjaan ini dapat dilakukan oleh mesin. Lalu ia mulai menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan, yakni mesin pemutar tuas pengepres, reducer (alat penekan) dan rangkaian pengatur kerja mesin. Proses pembuatan alat yang menurutnya cukup sulit untuk dipecahkan yakni ketika mengatur ketebalan paving block.

Kala itu untuk mengatur ketebalan paving block harus dilakukan secara manual, atau disesuaikan dengan perkiraan pembuatnya. Setelah cukup lama memikirkannya, akhirnya Irfan menemukan solusi untuk mengatur ketebalan paving block tersebut. Ia tambahkan sensor limit suit pada tuas pengepres.

Proses kerja sensor ini, yakni ketika sudah memenuhi standar ketebalan paving block, maka sensor ini akan menghentikan mesin secara otomatis. Ukuran paving block yang dihasilkan pun tidak akan berbeda-beda. Selain memberikan sensor limit suit ini, Irfan juga mengaku telah lebih dari sepuluh kali gagal dalam membuat rangkaian pengatur kerja mesin.

Proses pembuatan rangkaian ini merupakan proses terlama dalam menyelesaikan mesin tersebut. Ia mengaku harus berulangkali meminta bimbingan dosen dalam mengerjakannya. Dosen pembimbing mekanik Irfan, Jupri Yanda Zaira pun menyuruhnya untuk mencari pembimbing yang ahli dibidang elektronika.

"Hingga sekarang pun, saya belum tahu bagaimana teknis rangkaian yang berhasil Irfan buat," ujar Jupri.

Meski proses pengerjaan mesin pencetak paving block ini cukup lama, Jupri merasa bangga dengan hasil karya mahasiswanya. Pihaknya berharap karya anak didiknya ini dapat dikembangkan lagi menjadi lebih mutakhir dikemudian hari.

Irfan mengakui sesungguhnya proyek ini dapat dikerjakan dalam waktu yang tidak lama. Selama proses pengerjaan proyekni sempat terkendala dengan urusan-urusan pribadi. Namun pihaknya cukup senang, karena proyek ini bisa diselesaikan. Pihaknya berharap dari apa yang dikerjakannya ini dapat menambah kekayaan intelektual bagi dunia pendidikan.

----------
Sidebar

Setiap mahasiswa Politeknik Caltex Riau (PCR) yang ingin menamatkan masa studinya harus menyelesaikan tugas akhirnya. Mahasiswa harus menyiapkan dua judul tugas akhir. Bila kedua judul tugas akhir, dirasa kurang relevan, maka setiap dosen menyiapkan tiga judul untuk dipilih mahasiswa tersebut.

Kepala Laboratorium PCR, Jupri Yanda Zaira mengatakan, Tugas Akhir (TA) mahasiswa jurusan Mekatronika harus berbentuk proyek pembuatan teknologi tepat guna. "Diupayakan supaya produk yang dihasilkan bisa memberi solusi permasalahan yang dihadapi masyarakat," ujarnya, Kamis (17/3).

Jupri mencontohkan, pembuatan mesin pencetak paving block yang baru diselesaikan Irfan dapat memudahkan proses produksi. Judul TA pembuatan mesin pencetak paving block ini Jupri berikan pada mahasiswanya, namun semua pengerjaan dilakukan mahasiswanya.

Termasuk bentuk, bahan-bahan yang dibutuhkan hingga cara kerja mesin tersebut dirancang mahasiswanya. Hanya saja bila mahasiswanya memerlukan bimbingan pihaknya siap memberikan masukan.

"Terkadang ide-ide yang keluar dari mahasiswa saya justru tak terbayangkan sebelumnya oleh saya," lanjutnya.

Dari apa yang dihasilkan mahasiswa-mahasiswa PCR ternyata memang banyak yang dibutuhkan masyarakat. Pihaknya mengaku beberapa kali mendapat pesanan pembuatan alat-alat tersebut dari pengusaha-pengusaha di Riau bahkan hingga pulau Kalimantan. Pihaknya senang karena dari apa yang selama ini diajarkan pada mahasiswa, mendapat respon bagus di masyarakat.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 15 Maret 2011

Mesin pencacah plastik UIR

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

PEKANBARU, TRIBUN - Dua mahasiswa jurusan teknik mesin Universitas Islam Riau (UIR), Eko Saputra dan Kristiantoro nampak sibuk mengerjakan Tugas Akhirnya di Laboratorium, Selasa (15/3). Tugas Akhir (TA) yang sedang digarap kedua mahasiswa ini yakni, alat pencacah botol dan gelas plastik bekas air minum kemasan.

Pembuatan alat pencacah ini dimaksudkan untuk memudahkan pengepul barang bekas mengangkut botol atau gelas bekas. Produksi sampah jenis ini kian hari kian bertambah banyak. Sedangkan tempat untuk menampung sampah ini terbatas. Sementara, botol dan gelas tersebut membutuhkan banyak ruang. Apalagi bila akan diangkut menuju pabrik daur ulang dalam skala besar.

Melihat permasalahan pengelolaan sampah ini, keduanya memutuskan untuk membuat alat pencacah botol dan gelas plastik. Tujuannya untuk meminimalisir ruang penampungan dan pengefisiensian pengangkutan. Memang keduanya mengaku mendapat ide dari pembimbing TA. Selain itu, alat pencacah serupa telah ada sebelumnya. Keduanya mengaku hanya memodifikasi menjadi lebih canggih.

Sistim kerja alat pencacah yang sedang dikerjakan mahasiswa UIR ini, tidak jauh berbeda dengan penemuan awal alat tersebut. Namun teknologi yang diterapkan lebih canggih. Kelebihan alat ini yakni, dapat menghasilkan putaran lebih cepat dibanding alat pencacah terdahulu.

Selain itu, mata pisau yang digunakan pada alat ini menggunakan teknologi baru yang akan memberikan hasil yang lebih maksimal. Eko mengatakan, poros yang ditanam pada mesin ini jauh lebih besar ketimbang pada alat sebelumnya. Pembesaran poros ini tentunya membawa efek pada kecepatan produksi. Meski menggunakan mesin yang sama, namun dapat menghasilkan cacahan lebih banyak.

"Selain itu, kami juga menambahkan mata pisau pada poros tersebut, yang akan berdampak pada hasil cacahan lebih halus," ucap Kris.

Dalam pengerjaan alat tersebut, keduanya tidak mengalami banyak kesusahan. Karena persiapan konsep telah matang. Keduanya hanya menemui kesulitan saat proses pengelasan poros. Pada proses ini harus benar-benar dikerjakan dengan hati-hati. Karena bila terjadi ketidakpasan dalam pengelasan, dapat membahakan pengguna alat tersebut.

Proses pengelasan poros ini, memakan waktu hingga tiga hari. Sedangkan proses lainnya keduanya mengaku tidak memakan waktu lama. Setiap hari keduanya menghabiskan sekitar delapan jam dalam mengerjakan alat tersebut. Pengerjaan alat tersebut ditargetkan rampung kurang dari satu bulan.

Sedangkan biaya yang dikeluarkar dalam membuat alat tersebut, keduanya mengaku telah menghabiskan masing-masing Rp 1 juta. Angka Rp 2 juta itu belum termasuk masin.

"Kami merasa sedikit tertolong dengan fasilitas yang ada di lab ini, dan mesin pemutar poros pisau alat yang kami buat, sudah tersedia," lanjut Eko.

Kelak setelah alat ini jadi, keduanya akan menghibahkan pada laboratorium, karena bisa lebih bermanfaat bagi pembelajaran adik kelas. Sedangkan untuk ilmu yang telah didapat akan dimanfaatkan untuk merancang alat baru. Kris mengaku akan membuat alat baru yang sesuai dibutuhkan masyarakat.

----------
Sidebar

Pembimbing TA pembuatan alat pencacah botol dan gelas plastik oleh mahasiswa UIR, Syawaldi, mengatakan, prinsip kerja teknologi yakni mempermudah kerja manusia. Pembuatan alat-alat seperti ini akan lebih menolong manusia dalam berkerja.

"Melalui dunia akademislah, banyak dilakukan penelitian-penelitian yang menghasilkan teknologi tepat guna," ujarnya, Selasa (15/3).

Pembuatan alat pencacah ini, tentu memberi sedikit solusi dalam pengelolaan sampah botol dan gelas plastik bekas air minum kemasan. Selain pengefisiensian saat mngangkut ke pabrik daur ulang plastik juga mengurangi ruang penyimpanan. Alat ini akan banyak membantu mereka yang berprofesi sebagai pengepul barang bekas.

Sebelumnya memang sudah pernah ada yang membuat alat seperti ini. Namun masih banyak keterbatasan dalam penggunaannya. Kapasitas produksi alat sebelumnya masih terbatas. Sementara untuk alat yang mahasiswa UIR buat ini, dapat lebih mengefisiensikan waktu dan energi yang dikeluarkan.

Selain itu, hasil cacahan pada alat ini jauh lebih halus ketimbang alat sebelumnya. "Saya memang anjurkan pada mahasiswa yang mengerjakan alat ini, untuk memodifikasi sedemikian mungkin supaya lebih efektif dan efisien," tutupnya.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kompos Seratus Persen Dari Tanaman

PEKANBARU, TRIBUN - Mahasiswa jurusan Agroteknologi Universitas Islam Riau (UIR), Novra Viloga, mulai memasarkan kompos buatannya selama tiga bulan lalu. Pembuatan kompos tersebut memanfaatkan tanaman hasil praktikum mahahasiswa UIR. Mahasiswa yang akan diwisuda Mei mendatang mengatakan kompos buatannya ini seratus persen dibuat dari tumbuh-tumbuhan.

Ia mengaku memanfaatkan pohon jagung dan pohon kacang tanah yang sudah tidak produktif untuk bahan utama komposnya. Hasil penelitian kandungan yang ada dalam pohon jagung dan pohon kacang tanah ternyata banyak dibutuhkan tanaman. Pada pohon jagung banyak terdapat kalium dan memiliki jamur mikoriza. Kalium yang ada pada tanah umumnya cepat habis karena dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar.

Sedangkan jamur mikoriza bermanfaat pada tanaman karena jamur ini bertindak sebagai penangkal pertumbuhan jamur lain. Sedangkan pada pohon kacang tanah banyak mengandung rizobium, atau senyawa yang dapat menghasilkan nitrogen dalam jumlah besar. Selain itu dari kedua pohon tersebut juga mengandung fospor yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.

Novra bersama dosen pertanian UIR melihat fenomena tidak dimanfaatkannya pohon jagung setelah dipanen. Mengetahui banyaknya kandungan yang terdapat pada pohon tersebut, mereka berinisiatif untuk memanfaatkannya sebagai kompos. Mereka angkut pohon jagung setelah panen tersebut ke tempat pembuatan kompos.

Selanjutnya dilakukan pencacahan dan proses fermentasi. Pada proses fermentasi ia menambahkan bakteri EM 4 generasi kedua. Proses ini memakan waktu satu setengah bulan. Selama proses fermentasi, ternyata didapat pohon jagung ini mengeluarkan cairan. Mereka mendapat ide untuk menampung cairan tersebut.

Setelah melalui uji laboratorium, ternyata cairan tersebut memiliki banyak mikroorganisme aktif. Sengaja mereka ujikan cairan tersebut pada tanaman bayam. Bila menggunakan pupuk kimia atau pupuk organik lain, bayam tumbuh normal dengan ukuran 4 cm. Sementara setelah diberi cairan dari hasil fermentasi pohon jagung, bayam tersebut tumbuh mencapai 7 cm.

"Saya merasa bangga dengan eksperimen ini, dari bahan-bahan yang biasanya dianggap orang kurang bermanfaat, ternyata memberikan banyak manfaat," ujarnya.

Setelah proses fermentasi usai, pohon jagung yang telah menjadi pupuk tersebut diangin-anginkan supaya mengering. Kompos yang diberi merek dagang, "Kompos Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau" bermanfaat sebagai pemacu pertumbuhan tanaman. Selain itu, kompos ini dapat menyehatkan kondisi tanah yang telah jenuh dengan pupuk kimia yang kerap digunakan.

Selanjutnya, pupuk tersebut ia bungkus dalam kemasan 2 kilogram. Satu kemasan pupuk yang ia produksi, hanya dibandrol Rp 10 ribu. Pihaknya mengaku, sedang melanjutkan produksi hingga 2 ton.

Baginya hal ini pengalaman pertama kali. Namun dari pengalaman ini, Novra mendapat banyak manfaat yang bisa diterapkan dikemudian hari. Tidak hanya itu, pihaknya akan terus mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya. Kini pihaknya memikirkan bagaimana memanfaatkan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi pupuk komposnya.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 14 Maret 2011

Trauma Kesetrum Jadi Instalator Listrik

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

PEKANBARU, TRIBUN - Siswa kelas X jurusan Teknik Pendingin Tata Udara (TPTU) SMKN 5, Afrizal J Saputra persiapkan diri Lomba Kreatifitas Siswa (LKS) tingkat provinsi. Pemenang LKS TPTU tingkat kota Pekanbaru ini, sudah mengagendakan untuk praktek tiap hari minimal dua jam. Siswa yang akrab disapa Ijal ini dapat menang telak atas pesaingnya meski baru duduk di kelas X.

Tidak ada tips atau trik yang ia lakukan kecuali belajar dan berlatih lebih giat. Ajang LKS yang berakhir tiga hari lalu merupakan pengalaman pertamannya. Dalam perlombaan tersebut siswa diwajibkan menyelesaikan tiga pekerjaan, yakni, pengelasan, trouble shooting dan reparasi kulkas dan yang terakhir, instalasi sistem tata udara.

Dalam ketiga tahapan lomba tersebut, Ijal dapat menyelesaikannya dengan baik sesuai waktu yang ditentukan. Sementara lawan-lawannya tidak bisa menyelesaikan sesuai waktu yang ditentukan. Ia mendapat nilai hampir mencapai angka sempurna, yakni, 94,97. Sementara peringkat kedua dan ketiga mendapat nilai, 69,21 dan 57,25.

Perbedaan yang cukup meyakinkan ini tidak lantas membuatnya tinggi hati. Ia mengaku masih harus banyak belajar dan praktek untuk mencapai hasil maksimal. Kesuksesannya ini tak luput dari kebiasaannya membantu orangtua yang memang menjalankan bisnis serupa.

"Sejak duduk di kelas 2 SMP hingga sekarang kerap membantu pekerjaan orangtua, bahkan dari pekerjaan tersebut, saya bisa mencukupi uang jajan sendiri," ujarnya kala ditemui Tribun di ruang praktek SMKN 5, Senin (14/3).

Awal mula menyukai dunia teknik karena dorongan dari rasa penasaran dengan pekerjaan yang dilakukan orangtuanya. Pertama kali terjun membantu orangtua ketika, ayahnya mendapat pekerjaan di kabupaten Siak. Lama-kelamaan dirinya merasa asik dan lebih tertantang. Tantangan itu muncul ketika timbul rasa traumanya terhadap sengatan listrik. Ijal mengaku sangat trauma dengan arus listrik karena pernah kesetrum ketika SD. Belakangan ia tertantang untuk menghilangkan rasa trauma tersebut.

Ketua Jurusan TPTU SMKN 5, Yusman Pane mengatakan, mengerjakan segala sesuatu bila ingin mencapai sukses harus mempunyai visi dan misi yang jelas. Karena visi dan misi inilah yang akan memacu kita untuk mencapainya. Selain itu, dalam melakukannya juga harus disertai perasaan ikhlas.

Menurutnya, apa yang dikerjakan Ijal selama ini memperlihatkan hal itu. Siswanya itu memiliki visi dan misi yang jelas dan dalam pelaksanaannya terlihat lebih ikhlas menerima apapun hasilnya. "Praktek yang selama ini kita jalankan di SMKN 5 tidak semata dilakukan untuk mengikuti perlombaan, namun bertujuan melatih anak didik supaya lebih siap dalam menghadapi dunia kerja," lanjutnya.

Yusman menambahkan, bila di tempatnya mengajar, siswa-siswinya diarahkan untuk bagaimana bisa lebih mengeksplor kemampuannya supaya seimbang antara teori dan praktek. Bahkan di tempatnya mengajar, siswa-siswi dianjurkan membawa kulkas rusak sebagai media praktikum. Setelah dapat dibetulkan, pihaknya mengembalikannya lagi pada anak didiknya.

Selama belajar, Ijal mengaku pernah dua kali mendapat pelajaran berharga. Pelajaran paling berharga baginya ketika diperintahkan ayahnya memetulkan kulkas yang sudah tidak terpakai. Kala itu Ijal mengaku belum pernah tahu tentang bagaimana membetulkannya. Alhasil kulkas itu meledak dan terbakar. Namun ayahnya hanya berkata, "Bagus".

Pelajaran berharga kedua, ketika ayahnya mendapat pekerjaan memasang instalasi listrik di rumah tetangganya. Kala itu ayahnya tidak punya waktu mengerjakannya karena sedang ada keperluan lain. Ijal yang kala itu masih memiliki rasa trauma kesetrum listrik diperintah ayahnya untuk mengerjakan tugas tersebut.

"Saya hanya bertekad untuk melawan rasa trauma yang bisa menghambat perkembangan , dengan hati-hati, akhirnya saya dapat menyelesaikan pekerjaan itu sendiri," ucap Ijal.

Mendengar semua cerita dan melihat kemampuan yang dimiliki anak didiknya, Yusman menargetkan Ijal mencapai tiga besar nasional. Pihaknya yakin suatu saat kelak, anak didknya ini tidak hanya mengharumkan nama sekolah melainkan bagi bangsa dan negaranya.
--------------

Sidebar

Kepala Jurusan TPTU SMKN 5, Yusman Pane memersiapkan siswanya untuk ikuti ajang internasional. Mengetahui kemampuan anak didiknya yang masih duduk di kelas X, Afrizal J Saputra, Yusman mengaku akan terus menggemblengnya supaya bisa lebih mengeksplor kemampuannya. Siswa yang akrab disapa Ijal ini pada Lomba Kreatifitas Siswa tiga hari yang lalu dapat meraih juara I secara meyakinkan.

Anak didiknya itu mempunyai potensi yang luar biasa. Nilai yang diperolehnya pada LKS tingkat kota Pekanbaru, bisa dibilang mendekati sempurna. Prestasinya ini diperoleh bukan karena keputusan politis dewan juri, melainkan memang dirinya dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

"SMKN 5 tidak pernah memengaruhi penilaian yang dilakukan juri LKS kemarin, angka-angka teknik adalah angka pasti, hanya ada berhasil atau gagal," lanjutnya.

Dari semua peserta yang mengikuti LKS TPTU, hanya dia yang berhasil menyelesaikan tiga tahapan perlombaan. Melihat prestasinya itu, Yusman berencana mengikutkan Ijal dalam Lks tingkat ASEAN. Pihaknya mengaku akan terus membimbing dan mendaftarkan Ijal dalam ajang Asean Skill Competitions.

Rencana ini dibenarkan kepala SMKN 5 Pekanbaru, Peri Deswandi saat ditemui Tribun dikantornya. Pihaknya menginginkan, adanya SMKN 5 di Pekanbaru ini memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Termasuk, bila bisa membanggakan nama bangsa di ajang internasional.

Peri mengatakan, di tempatnya mengajar sudah mulai mencari bibit unggul sejak tahun pertama siswa belajar. Komitmen itu dibuktikan dengan memberikan praktek sore di laboratorium yang tersedia di SMKN 5. Dari program yang dijalankan selama ini, Ia mengaku sudah ada tujuh perusahaan skala besar merekrut anak didiknya untuk dijadikan karyawan.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 10 Maret 2011

SMAN 1 Belum Puas Meski Juara I

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

PEKANBARU, WEARTCREATIONS - Memeringati ulang tahun Gugus Depan 05050506, MAN 2 Model Pekanbaru gelar perkemahan di Pusdiklatda Riau. Perkemahan Besar Pramuka Penegak Berprestasi (Pendegasi) se-kota Pekanbaru ini diikuti 12 sekolah.

Sekolah yang mengikuti kegiatan ini yakni, MAN 1, SMAN 7, SMAN 1, SMAN 2, SMK Labor, SMK Pertanian, SMK Perbankan, SMK PGRI, SMAN 12,MA Pesantren Teknologi Riau dan SMAN 9. Kegiatan ini digelar selama tiga hari, dari hari Jumat hingga Minggu (4-6/3).

Dalam rangkaian kegiatan yang diselenggarakan, ada satu kegiatan yang mengasah pengetahuan pelajar tingkat SMA sederajat. Kegiatan yang menuntut kecepatan berpikir untuk menjawab pertanyaan. Panitia acara menamainya dengan Lomba Cerdas Tangkas (LCT).

Lomba ini diikuti 12 sekolah peserta perkemahan. SMAN I Pekanbaru keluar sebagai pemenang dengan torehan nilai, 1055 poin. Di final ketiga siswa SMAN 1, mengalahkan SMAN 2, SMK Labor dan SMK Perbankan.

Ketiga siswa berprestasi ini yakni, Miftah Anugrah kelas X 4, Laili Dwi Annisa kelas XII IPA 1 dan Benjamin kelas XII IPA 2. Ketiganya mengaku senang dengan prestasi yang ditorehkan. Bangga bisa membawa nama baik sekolah.

Kepada Weart, ketiganya mengaku, sebelumnya memang sudah dipersiapkan untuk mengikuti lomba ini. "Kami sengaja belajar bersama selama satu minggu tentang soal-soal yang diprediksi keluar dalam lomba," ujar Laili.

Siswi yang bercita-cita ingin menjadi manajer Bank terkemuka di Indonesia ini mengaku belum merasa puas dengan apa yang telah diraih. Senada dengan Laili, Miftah juga merasa dirinya masih banyak kekurangan. Keduanya mengaku ingin tampil sempurna dengan menjawab pertanyaan yang diberikan panitia.

Ada beberapa pertanyaan yang mudah menurut mereka, namun harus disamber kelompok lain karena kalah cepat memencet bel. Pertanyaan tersebut yakni, apa kepanjangang dari "Pendegasi."

Tapi apadaya, yang terjadi biarlah terjadi, ketiga siswa ini harus mensyukuri apa yang telah didapat. Pada perlombaan LCT sebelumnya, yang diadakan SMAN 7, kelompok dari SMAN 1 hanya memeroleh juara kedua.

"Hasil yang sekarang, sudah lebih baik dari yang sebelumnya," ujar Miftah.

Di samping itu, ketiganya, merasa sangat menikmati kegiatan perkemahan ini. Miftah mengatakan, kelompok kami nampak kompak ketika areal perkemahan diguyur hujan badai pada Sabtu malam. Pihaknya dan semua rekannya harus mengungsi menginap di sekretariat yang digunakan panitia.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 05 Maret 2011

hopeless

anjing-anjing berdesak di kepalaku

tak ada karya hingga akhir waktu

bangsat dan bebal

waktu demi waktu melumat hari

hanya tinggal menunggu mati

persetan status sosial

tragis dan sekarat

ritme hidup si pengerat

bahkan tak se-elok kadal

lupa makna

apalagi agama

hiduplah kau Dajjal

ajak semua ke alam fana

buat Dia murka

go back hell