Sabtu, 03 Maret 2012

Jadwal Siaran Langsung Sepak Bola

Live on TV

Antv
Deltras vs PSMS
Sabtu (3/3) pukul 15.00 WIB

MNCTV
Persijap vs Persija
Sabtu (3/3) pukul 15.30 WIB

Antv
Sriwijaya FC vs Persisam
Sabtu (3/3) pukul 18.00 WIB

MNCTV
Liverpool vs Arsenal
Sabtu (3/3) pukul 19.45 WIB

MNCTV
West Brom vs Chelsea
Sabtu (3/3) pukul 22.00 WIB

Global TV
Man City vs Bolton
Sabtu (3/3) pukul 22.00 WIB

TvOne
Getafe vs Malaga
Minggu (4/3) pukul 00.00 WIB

TvOne
Barcelona vs Gijon
Minggu (4/3) pukul 02.00 WIB

Indosiar
Juventus vs Chievo
Minggu (4/3) pukul 02.45 WIB

TvOne
Sevilla vs Atletico
Minggu (4/3) pukul 04.00 WIB
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 02 Maret 2012

Berubah Jadi Lebih Kasar Sama Adik

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

..Sambungan berita Rindu Teman Lama..

Mendengar kabar adanya tindak pidana pelecehan seksual terhadap 16 bocah di bawah umur, Harian Pekanbaru MX menilai bahwa ada sesuatu yang menarik dan layak untuk dikupas secara lebih dalam. Melalui pimpinan redaksi, Pekanbaru MX pun menurunkan tim untuk menguak tabir di balik kasus ini. Peristiwa itu terjadi di wilayah hukum Polsek Kandis. Saat tim Pekanbaru MX menyambangi Mapolsek Kandis, Kanit Reskrim, Iptu Riko Sanjaya SH melalui penyidik, Brigadir Darma Sembiring menerima kedatangan tim Pekanbaru MX.

Yang bersangkutan pun secara kooperatif memberikan data-data yang tim butuhkan. Termasuk mengizinkan tim untuk melakukan wawancara langsung dengan tersangka kasus pelecehan seksual tersebut. Yang mengesankan yakni saat Brigadir Darma menawarkan tim Pekanbaru MX untuk bersama-sama menjumpai korban dan ke lokasi terjadinya tindak pidana tersebut.

Bersama Brigadir Darma, tim meluncur ke lokasi sekitar pukul 13.00, meninggalkan Mapolsek Kandis. Dari Mapolsek Kandis perjalanan menuju ke arah Duri. Diperkirakan berjarak 1 km dari Mapolsek, sebelah kanan jalan ada jalan Sunan Syarif Kasim. Akses jalan terdekat menuju dusun Kandista yakni melalui jalur ini.

10 menit berselang, melintasi Jalan Sunan Syarif Kasim, tim harus melalui jalan terjal. Ya, jalan yang dibangun perusahaan minyak raksasa dunia, Chevron. Kondisinya cukup parah. Jalan bergelombang dan terjal. Menurut Brigadir Darma, kita akan melintasi jalan ini sekitar 30 km lagi. Untuk sampai di lokasi, butuh waktu sedikitnya 45 menit dari Mapolsek.

"Inilah jalur terdekat menuju lokasi. Dan bila petang tiba, jalur ini rawan perampokan. Sempat dahulu di jalur ini, ada penemuan mayat di semak-semak," tambahnya.

Benar saja, jalan yang tim lalui merupakan areal perkebunan sawit PT Ivomas Tunggal ini memang sunyi. Lalulalang kendaraan sangatlah jarang. Kanan dan kiri jalan hanya pepohonan sawit. Dan sekitar 50 menit berselang, kami pun tiba di lokasi.

Hunian yang pertama tim singgahi yakni kediaman ketua RW 01 dusun Kandista, Desa Blutu, Kandis, Siak. Untung saja tuan rumah ada di tempat. Ketua RW 1, Pardamian Harahap ini pun memersilahkan kami untuk masuk. Dengan tak mengulur waktu, kami kembali berjalan menuju kediaman korban.

Tujuan pertama yakni yang menjadi korban pertama,Wr (12). Saat dijumpai tim Pekanbaru MX dia sedang asik main kelereng. Layaknya anak seusianya, Wr juga berkelakuan sama. Masih suka bermain. Belum ada kepikiran bagaimana menjalani masa depan kelak. Mengenakan seragam kebanggaan club sepak bola dari kota kembang, Persib Bandung, ia nampak riang. Meski kala itu cuaca sangat terik.

Didampingi kedua orangtua korban, tim mencoba berinteraksi dengan korban. Ayah korban, T (43), dan ibunya, Ma (42) membantu kami untuk berinteraksi. Anak pendiam ini tak banyak bersuara. Pertanyaan tim selalu ditegaskan orangtuanya. Selanjutnya ia baru mau menjawab. Kala itu W menceritakan bagaimana awal mula dirinya mau melakukan hal itu. Pada ibunya, ia mengaku tak pernah dipaksa ataupun diancam tersangka RT.

"Bila sedang tak mau, dia (RT) selalu menarik-narik baju kita. Tapi yang bersangkutan tak pernah memaksa atau mengancam bila kita tak mau. Hanya saja, kita didesak-desaknya terus," ucap W pada Pekanbaru MX.

Menurut orangtuanya, W tak ada perubahan sifat yang mencolok. Keduanya berharap, anak kedua dari tiga bersaudara ini anak tumbuh normal. Untuk mengantisipasi kejadian yang tak diinginkan, layaknya, anaknya berubah sikap lebih feminim, T dan Ma memberikan kesibukan baru yang lebih maskulin pada anaknya. Layaknya mainan yang lebih cocok untuk laki-laki.

Perubahan yang cukup dominan pada diri W, yakni, sering meludah. Untuk tingkah lakunya, masih tergolong normal. Namun orangtuanya sedang menunggu hasil dari tes yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) beberapa hari yang lalu.

Perubahan sikap yang cukup mencolok yakni terjadi pada korban RB (11). Siswa kelas V SDN 14 ini diakui orangtuanya, YB (32) dan ET (27) agak sedikit lebih kasar pada adiknya. Kedua mengatakan, sebelum kejadian itu, RB sayang sama adiknya, I (9). Berdasarkan informasi yang didapat Pekanbaru MX, RB merupakan satu dari empat korban terbanyak diperdaya tersangka.

Bocah yang rumahnya bersebelahan dengan tersangka ini sebelumnya tak ada curiga. Namun, setelah sekali mau diajak jaln-jalan. Tersangka mulai berlaku tak senonoh. Bahkan kepadanya, pelaku sempat meminta RB dan Jo mememuaskan nafsu bejatnya. Bocah ini dibujuknya melakukan oral seks secara bersamaan.

"Selain kasar, anak saya juga lebih serih meludah dan terkadang mual-mual. Tambah lagi, sekarang dia jadi jarang makan. Dia mengatakan, tak selera atau jijik," tambah YB.

YB juga berjanji akan menjaga anaknya baik-baik. Selain itu, ia mengatakan, akan mengajarkan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tak boleh dilakukan. Termasuk mengajarkan apa yang harus dilakukan jika menemui hal semacam ini lagi.

...Bersambung
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Dari Semua Tetangga Yang Ada, Dia Yang Paling Baik

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

Kepada tim Pekanbaru MX, Ketua RW 01 dusun Kandista, Desa Blutu, Kandis, Pardamian Harahap menunjukkan di mana saja lokasi tindak pelecehan seksual itu dilakukan. Setibanya di lokasi, Pardamaian langsung menunjukkan SDN 14 Kandis. Di belakang sekolah itulah pelaku RT melakukan perbuatan tak lazim.

Lokasinya memang terlihat sunyi dan tertutup rerimbunan belukar. Sekolah ini berada tak jauh dari rumah tersangka dan korban. Dari kediaman tersangka, jaraknya sekitar 50 meter. Selain di belakang sekolah, pelaku juga melancarkan aksinya di rumah. Ketika istri dan anaknya tak berada di rumah, yang bersangkutan membujuk korban untuk melakukan perbuatan asusila.

"Dia cerdik, sengaja di rumahnya membuka rental play stations. Dengan itu otomatis banyak anak-anak berkumpul. Maka itu, dengan leluasa dia memerdaya korbannya," ucap Pardamaian.

Orangtua korban T (43) dan istri M (42) tak menyangka bila tersangka RT tega melakukan hal itu pada anaknya. Di lingkungan dusun Kandista, pelaku RT dikenal sebagai orang baik. Selain itu, M mengatakan bahwa RT merupakan umat yang taat beribadah. Tapi semua kebaikan itu luntur saat RT ketahuan melakukan hal yang sangat tak lazim.

"Saya benar-benar tak menyangka bila dia (RT) tega melakukan hal itu pada anak saya. Tentu saya geram. Karena atas kejadian itu, berbahaya pada mentalitas anak saya ke depan," ucap M pada tim Pekanbaru MX.

Baik T maupun M, meminta polisi mengusut tuntas dan memberikan hukuman setimpal atas perbuatannya. Jangan sampai diringankan apalagi dilepaskan. Karena bila hal itu dilakukan, ditakutkan banyak korban lagi berjatuhan. Berbeda dengan T dan M, ayah korban lain, YB, justru menghadiahi bogem pada RT. Ia pun sengaja ikut mengantar polisi membekuk RT yang sempat kabur ke Asahan, Sumatera Utara.

"Saya akui, selama kenal dengan pelaku, sempat saya anggap sebagai tetangga yang paling baik di antara tetangga yang ada. Dia selalu memberi pertolongan setiap tetangga yang membutuhkan bantuan. Ternyata di balik kebaikannya itu ada niat busuk yang tersimpan," lanjut YB, yang merupakan tetangga sebelah kediaman tersangka.

YB meminta aparat terkait untuk memberikan hukuman setimpal terhadap pelaku. Yang bersangkutan mengatakan, meskipun tersangka sudah meminta maaf langsung padanya, namun tak bisa memaafkan RT. Karena, akibat perbuatan tersangka, bisa berdampak negatif pada anaknya kelak.

Saat ini anaknya juga sudah menunjukkan perubahan yang mencolok. Putra pertamanya ini jadi berubah kasar pada adik perempuannya. Selain itu, anaknya jadi sering meludan dan mual-mual bila mengingat kejadian itu. Selera makan pun jadi menurun. Ia jadi tak mau makan.

"Semenjak kejadian itu, kita galakkan imbauan pada seluruh warga untuk lebih berhati-hati. Saling menjaga anggota keluarganya. Kami berharap tak terulang lagi kejadian yang sama," tutup Pardamaian.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

..Sambungan berita Rindu Teman Lama..

Mendengar kabar adanya tindak pidana pelecehan seksual terhadap 16 bocah di bawah umur, Harian Pekanbaru MX menilai bahwa ada sesuatu yang menarik dan layak untuk dikupas secara lebih dalam. Melalui pimpinan redaksi, Pekanbaru MX pun menurunkan tim untuk menguak tabir di balik kasus ini. Peristiwa itu terjadi di wilayah hukum Polsek Kandis. Saat tim Pekanbaru MX menyambangi Mapolsek Kandis, Kanit Reskrim, Iptu Riko Sanjaya SH melalui penyidik, Brigadir Darma Sembiring menerima kedatangan tim Pekanbaru MX.

Yang bersangkutan pun secara kooperatif memberikan data-data yang tim butuhkan. Termasuk mengizinkan tim untuk melakukan wawancara langsung dengan tersangka kasus pelecehan seksual tersebut. Yang mengesankan yakni saat Brigadir Darma menawarkan tim Pekanbaru MX untuk bersama-sama menjumpai korban dan ke lokasi terjadinya tindak pidana tersebut.

Bersama Brigadir Darma, tim meluncur ke lokasi sekitar pukul 13.00, meninggalkan Mapolsek Kandis. Dari Mapolsek Kandis perjalanan menuju ke arah Duri. Diperkirakan berjarak 1 km dari Mapolsek, sebelah kanan jalan ada jalan Sunan Syarif Kasim. Akses jalan terdekat menuju dusun Kandista yakni melalui jalur ini.

10 menit berselang, melintasi Jalan Sunan Syarif Kasim, tim harus melalui jalan terjal. Ya, jalan yang dibangun perusahaan minyak raksasa dunia, Chevron. Kondisinya cukup parah. Jalan bergelombang dan terjal. Menurut Brigadir Darma, kita akan melintasi jalan ini sekitar 30 km lagi. Untuk sampai di lokasi, butuh waktu sedikitnya 45 menit dari Mapolsek.

"Inilah jalur terdekat menuju lokasi. Dan bila petang tiba, jalur ini rawan perampokan. Sempat dahulu di jalur ini, ada penemuan mayat di semak-semak," tambahnya.

Benar saja, jalan yang tim lalui merupakan areal perkebunan sawit PT Ivomas Tunggal ini memang sunyi. Lalulalang kendaraan sangatlah jarang. Kanan dan kiri jalan hanya pepohonan sawit. Dan sekitar 50 menit berselang, kami pun tiba di lokasi.

Hunian yang pertama tim singgahi yakni kediaman ketua RW 01 dusun Kandista, Desa Blutu, Kandis, Siak. Untung saja tuan rumah ada di tempat. Ketua RW 1, Pardamian Harahap ini pun memersilahkan kami untuk masuk. Dengan tak mengulur waktu, kami kembali berjalan menuju kediaman korban.

Tujuan pertama yakni yang menjadi korban pertama,Wr (12). Saat dijumpai tim Pekanbaru MX dia sedang asik main kelereng. Layaknya anak seusianya, Wr juga berkelakuan sama. Masih suka bermain. Belum ada kepikiran bagaimana menjalani masa depan kelak. Mengenakan seragam kebanggaan club sepak bola dari kota kembang, Persib Bandung, ia nampak riang. Meski kala itu cuaca sangat terik.

Didampingi kedua orangtua korban, tim mencoba berinteraksi dengan korban. Ayah korban, T (43), dan ibunya, Ma (42) membantu kami untuk berinteraksi. Anak pendiam ini tak banyak bersuara. Pertanyaan tim selalu ditegaskan orangtuanya. Selanjutnya ia baru mau menjawab. Kala itu W menceritakan bagaimana awal mula dirinya mau melakukan hal itu. Pada ibunya, ia mengaku tak pernah dipaksa ataupun diancam tersangka RT.

"Bila sedang tak mau, dia (RT) selalu menarik-narik baju kita. Tapi yang bersangkutan tak pernah memaksa atau mengancam bila kita tak mau. Hanya saja, kita didesak-desaknya terus," ucap W pada Pekanbaru MX.

Menurut orangtuanya, W tak ada perubahan sifat yang mencolok. Keduanya berharap, anak kedua dari tiga bersaudara ini anak tumbuh normal. Untuk mengantisipasi kejadian yang tak diinginkan, layaknya, anaknya berubah sikap lebih feminim, T dan Ma memberikan kesibukan baru yang lebih maskulin pada anaknya. Layaknya mainan yang lebih cocok untuk laki-laki.

Perubahan yang cukup dominan pada diri W, yakni, sering meludah. Untuk tingkah lakunya, masih tergolong normal. Namun orangtuanya sedang menunggu hasil dari tes yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) beberapa hari yang lalu.

Perubahan sikap yang cukup mencolok yakni terjadi pada korban RB (11). Siswa kelas V SDN 14 ini diakui orangtuanya, YB (32) dan ET (27) agak sedikit lebih kasar pada adiknya. Kedua mengatakan, sebelum kejadian itu, RB sayang sama adiknya, I (9). Berdasarkan informasi yang didapat Pekanbaru MX, RB merupakan satu dari empat korban terbanyak diperdaya tersangka.

Bocah yang rumahnya bersebelahan dengan tersangka ini sebelumnya tak ada curiga. Namun, setelah sekali mau diajak jaln-jalan. Tersangka mulai berlaku tak senonoh. Bahkan kepadanya, pelaku sempat meminta RB dan Jo mememuaskan nafsu bejatnya. Bocah ini dibujuknya melakukan oral seks secara bersamaan.

"Selain kasar, anak saya juga lebih serih meludah dan terkadang mual-mual. Tambah lagi, sekarang dia jadi jarang makan. Dia mengatakan, tak selera atau jijik," tambah YB.

YB juga berjanji akan menjaga anaknya baik-baik. Selain itu, ia mengatakan, akan mengajarkan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tak boleh dilakukan. Termasuk mengajarkan apa yang harus dilakukan jika menemui hal semacam ini lagi.

...Bersambung
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Ditangkap Usai Beli Sandal Japit

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

.....Lanjutan berita Rindu Teman Lama...

Sepeda motor Supra ini terus kupacu. Tak peduli ada besi melintang ataupun lubang menganga. Selama pelarian sempat terbersit dalam pikiranku lebih baik mengakhiri hidup. Hidupku telah hancur. Tak kuasa melihat kesengsaraan keluarga akibat perbuatanku. Sedih jika keluarga harus menanggung malu akibat perbuatanku. Menembus gelapnya malam dan sunyinya areal perkebunan sawit PT Ivomas Tunggal.

"Tak peduli jalan terjal berbatu, saya tancap terus gas dengan kecepatan tinggi. Kabur meninggalkan dusun Kandista karena takut dimassa. Yang ada dalam benak saya kala itu, bagaimana bila akhiri hidup saja," ucap RT sembari anggukan kepala.

Sepanjang perjalanan pikirannya terus berkecamuk. Antara menyelamatkan diri atau akhiri hidup. Melintasi kecamatan Mandau, ia sempat terperosok dalam lubang. Meski sempat jatuh terguling, ia kuatkan diri untuk lanjutkan perjalanan. Menurutnya, bila sekarang ia putuskan akhiri diri, lantas bagaimana nasib keluarga. Selama pelarian, ia tak membawa identitas diri. Nanti bagaimana keluarga akan tahu bahwa ia telah meninggal. Niat itu akhirnya urung ia lakukan.

Sementara pikiran lain, bagaimana jika ia serahkan diri ke polisi. Namun selama hidupnya, ia tak pernah berurusan dengan polisi. Maka itu ia merasa takut bila berurusan dengan polisi. Dan pilihan terakhir, ia pergi ke Medan, suatu saat nanti, ia ajak istri beserta anak tinggal di sana. Merasa lelah mengendarai sepeda motor jarak jauh, ia pun singgah di tempat kakak kandung. Anak ke lima dari delapan bersaudara ini menitipkan sepeda motor.

"Saya bilang, titip sepeda motor bentar kak, saya mau pergi dulu. Lantas kakak saya bertanya, kenapa kau, ribut lagi sama orang rumah? Ceritanya panjang, saya mau pergi dulu," paparnya.

Berbekal uang tunai Rp 1 juta, ia pergi meninggalkan rumah kakak kandungnya di kecamatan Ujung Tanjung, Rohil. Menumpang bus malam, ia pergi ke rumah adiknya di Padamaran, kecamatan Pulau Raja, Asahan. Di rumah ini dia lahir. Namun sekarang kedua orangtuanya sudah meninggal. Sekarang rumah ini ditempati adiknya.

Di rumah inilah, RT bersembunyi selama dua hari. Ia tak keluar rumah sama sekali. Hari ketiga, ia berkeinginan belanja ke pasar. Ia berniat membeli sandal japit.

Di tempat lain, terbongkarnya praktek pelecehan seksual yang dilakukan RT membuat dusun Kandista geger. Isu tersebut menjadi pembahasan mayoritas warga. Masuknya laporan peristiwa itu ke Polisi pun membuat institusi penegak hukum ini sibuk. Laporan ini pun masuk ke telinga Kapolres Siak, AKBP Sugeng Putut Wicaksono SIK. Yang bersangkutan lantas menugaskan Kapolsek Kandis, Kompol Suparno SH MH untuk segera melakukan pengejaran.

Beserta dengan jajarannya, Kapolsek dengan Kanit Reskrim Iptu Riko Sanjaya SH langsung melakukan pengejaran Senin sore (13/2). Pengejaran tersangka bisa sukses juga berkat batuan warga, YB (32). Warga tersebut merupakan tetangga sebelah rumah tersangka. Kebetulan, putra pertama yang bersangkutan juga menjadi korban pelecehan seksual tersangka, RT.

Dugaan pertama polisi bahwa RT kabur ke kediaman orangtuanya, benar. Polisi dibantu YB pun menyambangi kediaman orangtua RT di Pulau Raja, Asahan. Namun selama dua hari diamati, belum ada tanda-tanda RT bersembunyi di rumah tersebut. Rabu dini hari (15/2) sekitar pukul 02.30, ada sesosok orang yang tak asing bagi YB, keluar dari rumah tersebut.

Setelah diikuti, ternyata yang bersangkutan hendak pergi membeli sesuatu di pasar. Ia pergi menggunakan sepeda motor. Selepas membeli barang yang dibutuhkan, tersangka RT kembali menaiki sepeda motor dan bejalan menuju ke kediamannya. Namun di tengah jalan, polisi langsung membekuknya.

Tak salah lagi, orang ini merupakan tersangka RT. Saat dilakukan penangkapan, tersangka RT tak melakukan perlawanan sama sekali. Namun akibat kekesalan, YB sempat menghadiahi bogem ke dada tersangka. Di tempat itu juga, tersangka mengaku meminta maaf pada YB.

"Saat penangkapan, saya langsung meminta maaf pada ayah korban. Namun dia sempat memukul saya. Saya terima, dan saya pasrah mau diapakan saja. Memang saya telah melakukan kesalahan fatal," ucap RT.

Saat ini, RT telah diamankan di Mapolsek Kandis. Menurut Kapolsek melalui Kanit, Iptu Riko Sanjaya SH didampingi penyidik, Brigadir Darma Sembiring, yang bersangkutan dikenai pasal dua pasal sekaligus dan ditambah pemberatan. Pasal yang pertama dikenakan yakni pasal 82 UU RI tahun 2002 tentang perlindungan anak.

Lanjut Darma, bunyi pasal ini, diduga telah terjadi perkara tindak pidana dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan. Memaksa melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan atau mebiarkan dilakukan perbuatan cabul. Dan dengan sengaja orang dewasa melakukan perbuatan cabul dengan orang yang belum dewasa dari jenis kelamin yang sama, yang dilakukan secara berulang-ulang.

"Ancaman hukuman yang diderita tersangka yakni, paling lama 15 kurungan dan subsider denda paling banyak Rp 300 juta. Selain itu, tersangka juga terjerat pasal 292 Jo 64 KUHP." ucap Darma.

.....Bersambung
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rindu Teman Lama, 16 Bocah Jadi Korban

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

KANDIS -- Suhu dingin kamar baruku serasa menusuk tulang. Jendela kamar baruku tak bisa ditutup. Selimut yang biasanya menyertai tidurku pun tak ada lagi. Istri yang selalu setia di sisi kiriku, juga tak ada lagi. Kondisi ini sungguh berbeda 180 derajat dengan kemarin. Kenikmatan tidur di kamar yang lama tak dapat kunikmati lagi. Dari dalam hatiku berteriak, aku tak betah tinggal di sini.

Kamar baruku berukuran 2x3 meter. Dinding kamarnya berwarna krem. Sementara jendelanya hanya pagar besi. Tak ada ornamen-ornamen lain yang menghiasinya. Pintu kamar baruku juga demikian. Di dalam kamarku, ada empat orang sahabat baru. Kita berlima saling berbagi tempat.

Meskipun setiap hari aku dapat makan gratis. Dan aku tak perlu mengeluarkan biaya apapun tinggal di sini. Namun di tempat ini, aku tak mendapat kebebasan. Untuk keluar kamar pun tak sebebas seperti di kamar yang dulu. Aku harus meminta izin tetangga kamar yang setiap saat menjaga pintu kamar baruku. Dia berseragam warna coklat.

"Sebenarnya saya tak menghendaki tinggal di kamar berukuran 2x3 ini. Karena kamar ini hanya berjendela trali besi. Belum lagi, pintu besi, akses keluar masuk kamar selalu dikunci," seloroh RT (39) di balik jeruji besi, Kamis (1/3).

Pria berkemeja motif kotak warna biru ini mengisahkan pengalaman hidupnya dari balik terali besi Polsek Kandis. Sudah sekitar dua pekan ia mendekam menjadi pesakitan. Selama sekitar satu setengah jam, ia membuka tabir kehidupannya pada tim Pekanbaru MX. Ia bercerita kronologis awal hingga akhirnya ditetapkan polsisi sebagai tersangka pencabulan 16 anak di bawah umur.

Penggalan paragraf di atas hanyalah kegelisahan yang ia alami saat di dalam ruang tahanan Polsek Kandis. Hal itu berawal dari perkenalannya dengan pria berinisial R yang tak ia ketahui asal usulnya. Keduannya berkenalan pada saat sama-sama terjaring razia kendaraan bermotor di Sikampak. Tepatnya pada tahun 2009 lalu. Keduanya pun sempat bertukar nomor telepon.

Komunikasi pun terjalin biasa layaknya pertemanan. Dalam komunikasi itu, keduanya sepakat untuk ketemuan. "Ya, ini merupakan pertemuan keduaku. Saat itu kita ketemuan di kedai minum di jalan lintas," sambut RT menjawab pertanyaan Pekanbaru MX.

Sejak siang keduanya asik menjalin komunikasi. Hingga pada saat malam hari, RT memergoki rekan barunya, R, menyimpan film porno di ponselnya. Saat itu RT kaget, lantaran baru kali pertama menyaksikan film porno. Meski kedai minum itu telah tutup, keduanya tetap asik menonton film porno.

Langit senja kian meredup. Bahkan tak lagi memancarkan cahaya lagi. Jalan lintas Sumatera pun semakin lengang. Namun keduannya tak kunjung beranjak. R yang diakui RT memiliki sifat fiminim pun mulai berubah sikap. Lama kelamaan ia agak lebih manja. Sambil menonton, kepala R disandarkan ke bahu RT. Asik menonton film porno, tak sadar, tangan R juga sudah meraba tubuh RT.

"Dari situlah awal mula saya melakukan oral seks dengan R," lanjutnya.

Pertemuan itu pun akhirnya berlanjut ke pertemuan-pertemuan berikutnya. Warga jalan Pepaya no 6 kelurahan Blutu, Kandis ini pun kelamaan merasa nyaman berhubungan dengan R. Namun hubungan ini berlangsung singkat. Tak lama, R memutuskan untuk meninggalkan Kandis. Hubungan yang tak lazim ini sengaja dirahasiakan RT dari istrinya. Enam bulan berselang, RT pun merasa rindu sosok R.

Semenjak pertemuannya dengan R, RT lantas tak tertarik berhubungan badan dengan istri. Sebut saja Melati, dia pun sempat curiga pada suaminya. Kecurigaan itu, Melati curahkan dengan menanyakan pada RT. Belakangan kenapa selalu menghindar bila diajak berhubungan suami istri. RT pun beralasan ini itu. Sedang tak enak badan lah. Sedang banyak pikiran. Dan lain sebagainya.

Suatu ketika, RT membicarakan rencana mengadopsi anak angkat dengan istrinya. Tak menaruh curiga, Melati pun mengiyakan niat pria yang ia kenal sebagai umat yang taat beribadah. Baginya menjalani hidup dekat dengan tuhan, akan lebih tenang dan berkah. Tiap minggu, RT dan keluarga selalu luangkan waktu untuk beribadah. Apalagi tempat ibadahnya hanya sekitar 50 meter jaraknya dari rumah.

Niatan mengadopsi anak pun disepakati bersama. Kebetulan anak angkat RT ini juga berinisial sama dengan mantan teman prianya yang waria. Yakni berinisial R. Namun R ini masih bersekolah. Usianya baru sekitar 17 tahun.

"Anak angkat saya pun namanya sama dengan mantan yang telah lama menghilang," paparnya.

Kehidupannya masih berjalan normal. Anggota keluarga praktis bertambah satu. Jadi dalam keluarga RT, ada seorang istri dan dua anak laki-laki. Kedua anak itu, satu anak kandung dan satu lagi anak angkat. Yakni H (16) dan R (17). Sehari-hari RT berprofesi sebagai tukang kebun di komplek perumahan karyawan PT Ivomas. Berkerja di perusahaan yang masih satu group dengan PT Sinarmas Tbk, RT mendapat gaji Rp 1 juta per bulan.

Selintas RT terkenang masa-masa indah berhubungan dengan R, dia pun mengaku rindu. Kerinduan yang semakin memuncak, RT mengaku tak kuat menahan. Apalagi bila mengingat nikmatnya sentuhan R padanya. Untuk mengobati keinginannya, RT pun merayu anak angkatnya sendiri. Namun pada Pekanbaru MX, RT mengatakan, tak pernah memaksa ataupun mengancam R. Rayuan RT dilakukan bertahap. Ajakan pertama, RT yang aktif meraba-raba R. Rayuan selanjutnya RT memerintahkan anak angkatnya untuk memegang alat kelaminnya.

"Selanjutnya, baru saya minta R untuk melakukan oral seks. Dan peristiwa itu berulang sebanyak tiga kali. Kejadian yang ketigakalinya, saya kepergok istri," terang RT.

Mengetahui kejadian itu, Melati lantas meminta R, angkat kaki dari rumah. Makian Melati pun tak tertahan. Setelah kejadian itu, RT mengaku sangat menyesal. Ia pun mengaku bertobat karena kerap tak kuasa menahan nafsu. Semenjak itulah, RT paksakan diri untuk lebih sering melakukan hubungan badan dengan istri. Namun entah mengapa saat hendak berhubungan, alat kelamin RT tak mau berereksi.

Segala upaya telah ditempuh untuk menafkahi batin Melati. Namun tetap saja hal itu tak bisa dipenuhinya. Dalam pikiran dia, memang sudah tak memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis.

Pada diri RT pun terjadi pergolakan batin. Sebagai seorang pria yang taat beribadah, namun memiliki ketertarikan yang salah. Penyesalan demi penyesalan menghantui dirinya. Namun di sisi lain, jika sedang teringat nikmatnya bergaul dengan R, dirinya lantas ingin mendapatkannya lagi. Rasa rindu akan kenangan masa lalu bersama R, kian lama kian menguat. Namun tak tahu pada siapa bisa dilakukan.

Suatu hari ia duduk menung di ruang tamu, pandangan matanya menerawang ke luar rumah. Kala itu ia melihat anak-anak berusia tanggung sedang bermain-main di dekat SDN 014 Kandis. Sekolah tersebut berada di sebelah Gereja, tempatnya beribadah. Jarak rumahnya dengan sekolah tersebut hanya sekitar 50 meter. Dan inilah awal mula dia berfantasi. Bagaimana bila anak-anak itu yang dibujuk sebagai pemuas nafsu.

"Coba saya ajak main anak-anak itu. Hampiri dan main bersama. Mereka tak curiga," tambahnya.

Keesokan harinya, tepatnya pada hari Minggu pagi, bulan Maret 2011. Ia mengajak W (12) pergi jalan-jalan. Menggunakan sepeda motor Supra yang baru ia kredit, keduanya pun berkeliling di kawasan kebun sawit. W merupakan bocah yang menjadi korban pertama. Saat berjalan-jalan, W duduk di depan. Namun kemudi sepeda motor tetap dipegang RT.

Saat melintas di area yang sepi, RT pun berhenti sejenak. Sembari diajak mengobrol, tangan RT pun meraba-raba kelamin W. Namun kala itu W mengelak dan meminta pulang. Untuk merahasiakan hal itu, RT memberinya uang Rp 5 ribu pada W.

Hari berikutnya, RT mengajak korban berjalan-jalan lagi. Kedua kalinya diajak jalan-jalan, W pun mulai diarahkan untuk memegang alat kelamin RT. Pada keempat kalinya, RT meminta W untuk mengoral seks. Seperti biasa, RT selalu memberikan uang setelah puas. Kejadian ini terus berulang hingga RT dijebloskan ke penjara.

Selain W, juga ada 13 bocah lagi yang menjadi korban pelecehan seksual RT. Cara-cara yang digunakan RT untuk menjerat korbannya, rata-rata sama seperti yang ia lakukan pada W. Hanya saja, tempatnya yang berbeda-beda. Ada yang dilakukan di atas sepeda motor. Ada yang dilakukan di belakang sekolah. Ada yang dilakukan di dalam rumah. Bahkan ada pula dua bocah sekaligus ia bujuk melakukan hal yang tak senonoh.

Korban pelecehan seksual RT berasal dari tiga Rukun Tangga (RT). Yakni RT 4, RT 5 dan RT 6 RW I dusun Kandista, Desa Blutu, Kecamatan Kandis, Siak. Kesemua korban merupakan anak karyawan PT Ivomas Tunggal. Usia mereka rata-rata 10-13 tahun. Berikut inisial korban, W, R, FS, MS, IS, RP, JG, IG, JS, YL, AN, BN, HS, Le, RB dan Jo.

"Bila dihitung-hitung, dari kesemua korban, ada sekitar 34 kali saya melakukannya. Namun setelah saya melakukan hal ini, saya merasa menyesal. Entah setan apa yang merasuki pikiran saya. Istri dan anak saya tak mengetahui akan hal ini," ucapnya dengan suara berat dan sesekali mengusap air mata.

"Sepandai-pandainya tupai meloncat, pasti jatuh juga." Peribahasa ini nampaknya cocok disematkan pada RT. Meskipun ia sudah berikan imbalan sejumlah uang pada korban, untuk merahasiakan hal ini. Namun tetap saja terbongkar jua. Hal itu berawal saat orangtua korban curiga dengan tingkah laku anaknya. Belakangan, para korban ini sering meludah. Dan jadi tak nafsu makan.

Satu dari kesekian korban akhirnya mengaku saat ditanyai orangtuanya. Korban tersebut mengaku jijik karena sperma yang dikeluarkan RT ke mulutnya, sempat tertelan. Maka dari itu ia tak nafsu makan dan kerap meludah.

Orangtua korban, Ma (42) lantas melaporkan kejadian ini ke Polsek Kandis. Tak terima anaknya menjadi korban pelecehan seksual. Kala itu Senin dini hari, (13/2) warga berkumpul di depan rumah RT. Namun saat itu, RT yang baru pulang dari bepergian, penasaran dan menanyakan ada kejadian apa pada penduduk baru di lokasi itu.

Warga baru tersebut tak tahu bila yang sedang dicari-cari keluarga korban merupakan RT. Ia mengatakan, warga sedang mencari-cari pelaku pelecehan seksual. Mereka sudah melaporkan ke polisi. Mendengar keterangan warga baru tersebut, RT kontan terkejut. Ia pun bergegas meninggalkan warga baru tersebut.

Menggunakan sepeda motor yang belum tuntas kreditannya, ia meninggalkan dusun Kandista. Selama perjalanan, ia merasa ketakutan. Berbekal uang Rp 1 juta, ia terus memacu sepeda motornya ke arah Sumatera Utara. Namun dalam perjalanan, karena ia terbebani pikiran, sempat ia terjatuh di Duri.

"Sepanjang jalan saya menangis, kenapa harus menjalani hidup seperti ini. Menjadi buronan polisi. Menjadi perusak anak orang. Dan akhirnya harus meninggalkan anak istri," selorohnya.*2
Powered by Telkomsel BlackBerry®