Minggu, 19 Desember 2010

Menjauh dari Tuhan

1 November 2010, merupakan hari pertama aku berkantor di Jalan Jendral Sudrman no 52 Yogyakarta. Kantor redaksi harian Tribun Jogja.

Perjalanan hidup berlanjut pada kemerdekaan financial. Merasa memiliki harapan baru untuk melunasi hutangku yang berjumlah 40 juta.

Meski hutang akan lunas jangka empat tahun kedepan, hati merasa tenang. Kewajibanku tuk membantu keuangan keluarga pun sedikit terbantu. Adik kecilku juga dapat melanjutkan pesantren di Prambanan sana.

Hari-hari berawal dari saling adaptasi. Button up juga Top down. Cukup menyenangkan. Aktivitas transendental pun tak terganggu. Meski nadzar puasa Daud agak bolong-bolong tapi kurasa cukup hikmat.

Masa pelatihan sedikit-demi sedikit disusupi praktek lapangan. Mula-mula hanya observasi dan menuliskan apa yang kita tangkap. Tak lama bergeser ke wawancara dan menulis berita.

Masa itu, sudah mulai sesekali lupa Tuhan. Pelatihan menginjak bulan kedua, liputan pun sudah semakin padat. Lima waktu sholat hanya terluang sekali.

Hidup mulai lebih mementingkan moment, daripada munajat. Selama berjalannya waktu, Top level kini lebih sering memberi tugas yang cukup strategis. Impianku untuk lebih sering praktek lapangan terjawab sudah.

Tak pernah terlintas bahwa ini adalah cobaan dari Sang Kholiq menguji kualitas imanku. Dengan senang hati aku melaksanakan tugas dari pimpinan redaksi. Otomatis pula, banyak waktu itikaf yang tersita.

Sekali, dua kali, dan semakin sering lalai, akhirnya seperti tak merasa berkewajiban lagi. Liputan pun jadi semakin liar. Lebih sering bohong ketimbang jujur mengenai identitas pada narasumber. Alasan liputan investigatif.

Nyamar ini dan itu. Tipu sana-sini. Tak lagi ingat etik, apalagi iman. Untung saja belum berani melacurkan idealisme. Bila terjadi, tinggal tunggu tanggal punah.

Segeralah benahi dirimu.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar