Selasa, 15 Maret 2011

Mesin pencacah plastik UIR

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

PEKANBARU, TRIBUN - Dua mahasiswa jurusan teknik mesin Universitas Islam Riau (UIR), Eko Saputra dan Kristiantoro nampak sibuk mengerjakan Tugas Akhirnya di Laboratorium, Selasa (15/3). Tugas Akhir (TA) yang sedang digarap kedua mahasiswa ini yakni, alat pencacah botol dan gelas plastik bekas air minum kemasan.

Pembuatan alat pencacah ini dimaksudkan untuk memudahkan pengepul barang bekas mengangkut botol atau gelas bekas. Produksi sampah jenis ini kian hari kian bertambah banyak. Sedangkan tempat untuk menampung sampah ini terbatas. Sementara, botol dan gelas tersebut membutuhkan banyak ruang. Apalagi bila akan diangkut menuju pabrik daur ulang dalam skala besar.

Melihat permasalahan pengelolaan sampah ini, keduanya memutuskan untuk membuat alat pencacah botol dan gelas plastik. Tujuannya untuk meminimalisir ruang penampungan dan pengefisiensian pengangkutan. Memang keduanya mengaku mendapat ide dari pembimbing TA. Selain itu, alat pencacah serupa telah ada sebelumnya. Keduanya mengaku hanya memodifikasi menjadi lebih canggih.

Sistim kerja alat pencacah yang sedang dikerjakan mahasiswa UIR ini, tidak jauh berbeda dengan penemuan awal alat tersebut. Namun teknologi yang diterapkan lebih canggih. Kelebihan alat ini yakni, dapat menghasilkan putaran lebih cepat dibanding alat pencacah terdahulu.

Selain itu, mata pisau yang digunakan pada alat ini menggunakan teknologi baru yang akan memberikan hasil yang lebih maksimal. Eko mengatakan, poros yang ditanam pada mesin ini jauh lebih besar ketimbang pada alat sebelumnya. Pembesaran poros ini tentunya membawa efek pada kecepatan produksi. Meski menggunakan mesin yang sama, namun dapat menghasilkan cacahan lebih banyak.

"Selain itu, kami juga menambahkan mata pisau pada poros tersebut, yang akan berdampak pada hasil cacahan lebih halus," ucap Kris.

Dalam pengerjaan alat tersebut, keduanya tidak mengalami banyak kesusahan. Karena persiapan konsep telah matang. Keduanya hanya menemui kesulitan saat proses pengelasan poros. Pada proses ini harus benar-benar dikerjakan dengan hati-hati. Karena bila terjadi ketidakpasan dalam pengelasan, dapat membahakan pengguna alat tersebut.

Proses pengelasan poros ini, memakan waktu hingga tiga hari. Sedangkan proses lainnya keduanya mengaku tidak memakan waktu lama. Setiap hari keduanya menghabiskan sekitar delapan jam dalam mengerjakan alat tersebut. Pengerjaan alat tersebut ditargetkan rampung kurang dari satu bulan.

Sedangkan biaya yang dikeluarkar dalam membuat alat tersebut, keduanya mengaku telah menghabiskan masing-masing Rp 1 juta. Angka Rp 2 juta itu belum termasuk masin.

"Kami merasa sedikit tertolong dengan fasilitas yang ada di lab ini, dan mesin pemutar poros pisau alat yang kami buat, sudah tersedia," lanjut Eko.

Kelak setelah alat ini jadi, keduanya akan menghibahkan pada laboratorium, karena bisa lebih bermanfaat bagi pembelajaran adik kelas. Sedangkan untuk ilmu yang telah didapat akan dimanfaatkan untuk merancang alat baru. Kris mengaku akan membuat alat baru yang sesuai dibutuhkan masyarakat.

----------
Sidebar

Pembimbing TA pembuatan alat pencacah botol dan gelas plastik oleh mahasiswa UIR, Syawaldi, mengatakan, prinsip kerja teknologi yakni mempermudah kerja manusia. Pembuatan alat-alat seperti ini akan lebih menolong manusia dalam berkerja.

"Melalui dunia akademislah, banyak dilakukan penelitian-penelitian yang menghasilkan teknologi tepat guna," ujarnya, Selasa (15/3).

Pembuatan alat pencacah ini, tentu memberi sedikit solusi dalam pengelolaan sampah botol dan gelas plastik bekas air minum kemasan. Selain pengefisiensian saat mngangkut ke pabrik daur ulang plastik juga mengurangi ruang penyimpanan. Alat ini akan banyak membantu mereka yang berprofesi sebagai pengepul barang bekas.

Sebelumnya memang sudah pernah ada yang membuat alat seperti ini. Namun masih banyak keterbatasan dalam penggunaannya. Kapasitas produksi alat sebelumnya masih terbatas. Sementara untuk alat yang mahasiswa UIR buat ini, dapat lebih mengefisiensikan waktu dan energi yang dikeluarkan.

Selain itu, hasil cacahan pada alat ini jauh lebih halus ketimbang alat sebelumnya. "Saya memang anjurkan pada mahasiswa yang mengerjakan alat ini, untuk memodifikasi sedemikian mungkin supaya lebih efektif dan efisien," tutupnya.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

1 komentar:

hanafi mengatakan...

bisa d liat proposalnya!!!!

Posting Komentar