Selasa, 22 Maret 2011

Siap Kapanpun Dibutuhkan

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

PEKANBARU, TRIBUN - "Bila ingin jadi relawan harus total," ujar sekertaris umum PMI unit UR, Desi Mursarina, Sabtu (19/3). Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester 8 ini mengaku akan menjadi relawan kemanusiaan hingga akhir hayatnya.

Baginya, dalam menjalani hidup yang hanya sekali ini, harus bisa berbagi dengan sesama. Kepeduliannya terhadap keselamatan orang lain ini mendorongnya untuk bergabung dalam lembaga kemanusiaan yang diakui dunia. Desi resmi bergabung dengan Palang Merah Indonesia (PMI) sejak tiga tahun lalu.

Jiwa patriotnya timbul ketika kerap menyaksikan banyak bencana terjadi silih berganti di negeri ini. Ia mengaku senang ketika bisa menolong orang yang sedang tertimpa musibah. Bila mendengar kabar ada yang tertimpa musibah, hatinya langsung tergerak untuk memberi pertolongan sekuat tenaga.

Menjadi anggota PMI, ia merasa banyak mendapat pengetahuan bagaimana memberikan pertolongan pada korban bencana. Tidak hanya itu, PMI juga mengajarkan bagaimana memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.

Tak jarang ia menjadi anggota relawan bencana alam yang terjadi di negeri ini. Tak peduli harus mengorbankan kewajibannya sebagai seorang mahasiswa. Prinsip relawan sejati yakni selagi bisa diupayakan untuk menyelamatkan jiwa orang, kenapa harus terhalang berbagai hal. Prinsip ini pasti melekat pada relawan di semua penjuru dunia.

Kepada Tribun, ia menceritakan pengalamannya kala menjadi relawan korban banjir di rumbai tahun 2009. Berbekal pengetahuan medis dasar, ia rela berkubah air dan meninggalkan aktifitas perkuliahan selama dua minggu. Kala itu, ia merelakan diri mengenakan baju basah dan kurang tidur.

"Yang terfikirkan kala itu hanya, memberikan pertolongan pada korban bencana semaksimal mungkin," lanjutnya.

Mahasiswi yang hendak mengerjakan tugas akhir ini mengaku kerap ditunjuk sebagai anggota tim medis kampus pada event-event tertentu. Untuk gerakan kemanusiaan, ia mengaku siap kapanpun dibutuhkan. Termasuk bila sewaktu-waktu ada musibah yang harus segera ditangani, Desi mengaku akan mengupayakan semaksimal mungkin.

PMI mengajarkan beberapa keterampilan dasar untuk menangani musibah pada para anggotanya. Yakni, Pertolongan Pertama, Pertolongan Bencana, Pertolongan Keluarga, Water Sanitasi, Restoring Family Link, Relief (penanganan pasca bencana) dan assessment. Dari sekian banyak keterampilan, Desi akan lebih mendalami keterampilan Pertolongan Pertama dan Pertolongan Bencana.

"Dengan dua keterampilan tersebut, kita dapat langsung menangani korban bencana atau kecelakaan yang terjadi di sekitar kita," lanjutnya.

Selama hidupnya, Desi mengaku telah banyak memberi pertolongan pada orang pingsan. Kepada Tribun Ia menjelaskan beberapa tahapan menangani orang pingsan. Pertama-tama baringkan orang tersebut di tempat yang teduh. Lalu longgarkan ikat pinggangnya dan lepaskan sepatunya. Selanjutnya panggil-panggil namanya. Bila korban tidak merespon, ciumkan bau-bauan yang menyengat. Tahapan terakhir bila korban belum juga sadar, beri napas buatan.

Setelah sadar, beri minuman hangat dan mengandung guklosa. Rata-rata orang pingsan karena lemas dan kondisi perut belum terisi.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar