Rabu, 30 Maret 2011

UIR Biakkan Ikan Maskot

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

PEKANBARU, TRIBUN - Pemijahan ikan selais tidak jauh beda dengan jenis ikan lain. Pemijahan ikan yang dijadikan ikon kota Pekanbaru oleh walikota, Herman Abdullah, memang membutuhkan perhatian lebih. Bentuk perhatian itu, harus mengetahui waktu-waktu produktif ikan. Apabila hal itu terlewatkan maka keberlangsungan pemijahan tidak akan maksimal.

Menurut sepengetahuan Dekan Fakultas Pertanian UIR, Rosyadi, belum ada lembaga pendidikan di Prov Riau yang mampu memijahkan ikan selais. Baru di tempatnya bekerjalah yang dapat memijahkan ikan tersebut. Ikan yang kerap diolah menjadi ikan asap ini biasanya didapatkan dari sungai.

Semakin meningkatnya penangkapan ikan tersebut, maka populasinya semakin menurun. Hal tersebut yang mendorong Rosyadi untuk mencoba membiakkan ikan selais. Selain itu, karena ikan ini memiliki banyak kelebihan dibanding ikan lain. Kandungan protein ikan ini tidak kalah dengan ikan lain dan tidak ditemukan kandungan kolesterol pada ikan ini.

Apabila diolah dengan cara diasap, ikan ini memberi citarasa yang beda. Jauh lebih renyah dan sesuai dengan selera masyarakat Riau. "Nilai ekonomis ikan ini cukup tinggi, harga per kilo bila telah diolah menjadi ikan asap bisa mencapai Rp 250 ribu," lanjutnya.

Populasi ikan tersebut, banyak ditemukan di sungai kampar, sungai kuantan dan beberapa sungai lain di Riau. Awal mula ia dapatkan induk ikan selais, yakni berkerjasama dengan masyarakat langgam, Pelalawan.

Setelah mempelajari sifat-sifat ikan, ternyata memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan jenis ikan lain. Dari pengamatan yang ia lakukan, maka ia mencoba untuk memindahkan induk ikan tersebut ke dalam kolam. Setelah diamati beberapa hari, ternyata tidak ada perubahan yang menyebabkan stres pada ikan.

Ikan ini lebih senang berada pada dasar sungai. Maka sengaja, kolam dibuat dengan kedalaman dua meter. Untuk menjaga kesehatan dan kualitas daging ikan tersebut, ia memberikan nutrisi khusus pada pelet. Ikan yang telah siap dipijahkan, yakni pada saat memasukki usia 7 hingga 9 bulan. Induk ikan selai dapat bertelur hingga tiga kali. Setelah itu ikan tidak lagi produktif, hanya bisa dikonsumsi.

Pemijahan sebaiknya dilakukan di Aquarium, pada malam hari. Setelah menetas, bayi-bayi ikan sebaiknya dipindahkan pada tempat yang berbeda setelah tiga hari. Pada saat pembesaran bibit tersebut sebaiknya tidak terlambat saat memberikan pakan. Karena ikan ini bisa berlaku kanibal atau memakan sesamanya. Pelet yang diberikan pada bibit selais ini, dibuat khusus dengan ukuran yang lebih halus.

Setelah tiga bulan, ikan itu akan tumbuh sekitar 15 cm. Untuk mendapatkan ukuran ikan yang siap konsumsi atau mencapai berat 80-90 gram, yakni pada usia 10 bulan. Namun Rosyadi bersama tim pemijah selais UIR, sengaja melepaskan ikan tersebut ke danau buatan di Rumbai pada saat ikan berusia 3 bulan. "Dalam rangkaian percobaan ini, kami belum berorientasi pada mencari keuntungan," imbuhnya.

Kepada Tribun, ia mengatakan, membuka kesempatan lebar-lebar bagi masyarakat yang akan belajar lebih jauh bagaimana memijahkan ikon kota Pekanbaru ini. Namun pihaknya memberi catatan, hanya bagi masyarakat yang benar-benar serius ingin memelajarinya. Sedangkan bila ada siswa-siswi SMA sederajat yang mempelajarinya, bisa langsung mengajukan ke Fakultas Pertanian UIR.



Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar