Selasa, 05 April 2011

Dugaan Sementara Kematian Gajah

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Kasi wilayah III Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), Hutomo bersama anggota tim medis melakukan otopsi pada gajah yang mati di kebun sawit milik PT Darma Ali desa Petani, kecamatan Mandau, Bengkalis. Proses otopsi berlangsung cukup lama, memakan waktu hingga 3 jam, Selasa (5/4).

Tim medis merupakan gabungan dari BBKSDA dan World Wrestling Federation (WWF). Gajah mati tersebut diperkirakan berumur 20 tahun. Menurut keterangan warga, gajah tersebut ditemukan sekitar lima hari yang lalu. Awal mula ditemukan oleh petani sawit yang hendak memanen. Menurut dugaan sementara sebelum dilakukan otopsi, gajah ini mati terkena racun.

Hal ini bisa dilihat dari pola tanah di sekitar TKP. Menurutnya nampak sekali bila sebelum mati, gajah tersebut meronta-ronta. Pertanda kematian gajah ini tidak wajar. Dari banyak kejadian, kematian gajah seperti yang terjadi kali ini diakibatkan keracunan. Kondisi bangkai gajah ini telah membengkak. Banyak lalat dan pada sudut-sudut tertentu sudah banyak belatung. Bau busuk sudah tercium sekitar radius 100 meter.

Tim yang diketuai oleh Hutomo ini memulai otopsi sekitar pukul 14.00 dan berakhir sekitar pukul 17.00. Pembedahan dilakukan dari membelah bagian perut bagian belakang hingga ke punggung gajah yang sudah dalam posisi rebah. Sayatan dilanjutkan dengan mengikuti tulang belakang gajah. Pada saat dilakukan pembelahan perut gajah, sempat mengeluarkan gas yang ada di dalam perut.

Kondisi ini menyebabkan orang-orang yang berada di lokasi mual-mual mencium aroma busuk dari gas tersebut. Seorang dari tim medis pun sesekali hendak muntah-muntah. Beberapa wartawan pun menjauhi lokasi karena tak tahan dengan bau busuk tersebut. Meski hampir semua orang yang menyaksikan telah mengenakan masker.

Dalam otopsi ini, tim medis mengambil tujuh organ dalam gajah. Hutomo mengatakan, mengambil bagian hati, limpa, lambung, dinding lambung, usus, isi usus, dan dinding usus. Organ dalam gajah ini selanjutnya akan dibawa ke laboratorium peternakan Bukit Tinggi. Kondisi organ dalam gajah tersebut menurutnya mengalami perubahan yang cukup mencolok.

Beberapa sampel tersebut berwarna hitam, tidak seperti gajah yang mati normal. Warna kehitaman tersebut ia duga dikarenakan racun. Dari beberapa kasus kematian gajah tidak wajar lainnya, memiliki kesamaan tanda-tanda kehitaman organ dalam. "Racun yang biasa digunakan untuk membunuh gajah yakni bahan kimia organopor yang ditaburkan ke tanaman yang menjadi makanan gajah," lanjutnya.

Sifat racun ini akan membunuh secara perlahan. Selanjutnya bila telah menyerang organ dalam, gajah tersebut akan kelelahan dan meronta-ronta kesakitan. Dugaan sementara tim medis gabungan BBKSDA dan WWF, tewasnya gajah di kawasan perkebunan sawit ini, yakni mati terkena racun. (CR12)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar