Minggu, 08 Mei 2011

Ikhlas Mengajar Hingga Akhir Hayat

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Maemunah (59) nenek enam cucu ini rela berpanasan hanya untuk kesetiakawanan. Bersama 500 guru honor daerah, ia berjalan mengikuti iring-iringan longmarch dari ponpes Hubbul Wathan hingga kantor kecamatan Mandau, Sabtu (7/4). Jarak perjalanan sekitar 2 km. Terik matahari tak menyurutkan niatnya untuk menuntut hak guru honor daerah yang belum terima gaji hingga empat bulan.

Kulit wajahnya yang tak kencang lagi menyiratkan pengalaman hidup yang dalam. Separo usianya, telah ia curahkan untuk mengajar. Ia tercatat menjadi guru honor sejak 2001. Dari mulutnya terdengar berulang kali kata 'ikhlas' mencerdaskan anak bangsa.

Saat ditemui Tribun, ia sedang jongkok berteduh dibelakang mobil dinas rombongan pejabat kabupaten Bengkalis. Selama mengikuti aksi damai guru honor daerah, ia hanya mendengarkan orasi rekan-rekannya yang berusia jauh di bawahnya.

Guru Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Nurul Huda ini menceritakan kisah hidupnya selama menjadi guru honor daerah. Maemunah ingin sekali menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. "Tapi ya bagaimana lagi, karena tak punya biaya cukup untuk menguliahkan anak," ucapnya.

Tiga anaknya sudah menikah, sementara yang seorang lagi masih menjalani masa SMA. Ketiga anaknya yang sudah menikah tak mengenyam pendidikan tinggi. Ia ingin anak bungsunya bisa berkuliah. Namun itu juga kalau tak terbentur biaya mahal.

Ia tak pernah berharap belas kasihan dermawan. Keikhlasannya membawa kesederhanaan dalam menjalani hidup. Jangankan untuk menguliahkan anaknya, selama tersendatnya honor daerah empat bulan terakhir, ia kerap berhutang belanja di kedai tetangga.

"Kalau untuk belanja beras, biasanya ambil dahulu di kedai tetangga, bila ada uang langsung saya bayar, yang penting kita jaga kepercayaan orang," lanjutnya.

Penghasilannya dari mengajar, tak bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Penghasilan dari Sekolah ia hanya mendapat honor Rp 300 ribu per bulan. Ditambah penghasilan honor daerah Rp 350 ribu per bulan. Namun selama empat bulan terahir, honor daerahnya tak ia dapatkan.

Suaminya yang tak memiliki penghasilan tetap, membuatnya dan keluarga hidup sederhana. Untuk mencukupi lauk pauk makan sehari-hari, ia mengaku seadanya uang dari hasil ladang suaminya. "Kalau ada Rp 10 ribu, ya belanjain sedapatnya," tambahnya.

Ia mengaku, selama menjalani hidup hanya tinggal keikhlasan dan berpasrah diri. Menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah. Untuk kegiatannya mengajar, tentu bukan untuk mencari penghasilan apalagi kekayaan.

"Masih ingin tetap mengajar sampai akhir hayat," tutupnya.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar