Rabu, 04 Mei 2011

Lenyap Dalam Hitungan Menit

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Marjuni (33) hanya bisa tertunduk lesu di Mapolsek Mandau, Rabu (5/5). Uangnya sebesar Rp 150 juta raib hanya dalam 5 menit. Rencananya, uang tersebut akan ia pergunakan untuk membeli lahan perkebunan sawit. Mimpi memiliki tambahan kebun sawit pun sirna hanya dalam hitungan menit.

Baru duduk beberapa menit di kedai minuman sambil menunggu teman menjemput anak, tahu-tahu terdengar suara alarm mobil yang ia tunggangi. Saat ia berusaha menghampiri, terlihat mobil avanza putih melaju kencang. Kaca pintu tengah terlihat sudah pecah. Dan setelah ia tengok kantong kresek berisikan uang di jok belakang, sudah raib.

"Saya langsung lemas dan bengong rada lama di dekat mobil," ucap pria berkaus oblong.

Kejadian seperti inilah yang ia takutkan sejak hendak mengambil uang tersebut. Dari rumah, sudah memiliki firasat tak enak. Selama perjalanan pun, sudah waspada maksimal. Namun ternyata saat lengah sedikit, peristiwa itu langsung terjadi.

Warga simpang Puncak, Sebangar, Mandau ini mendapat uang dari hasil penjualan tanahnya di tempat lain. Rencananya dari hasil penjualan tersebut akan ia belikan lahan sawit lagi. Rencananya ia akan berbagi investasi dengan rekannya bernama Miskun (41). Teman yang ia percayai ini pun dimintai tolong untuk dipinjam buku tabungannya.

"Saya pinjam buku tabungan dia untuk menerima kiriman uang," lanjutnya.

Pria yang sehari-hari bekerja sabagai petani sawit ini mengaku tak punya rekening tabungan. Jadi harus meminta tolong dengan Miskun. Kerjasama pembelian sawit sekaligus meminta tolong mengambilkan uang di bank.

Selepas dhuhur, mereka bersepakat untuk mencairkan kiriman untuk Marjuni di bank BRI jalan Sudirman depan kantor camat. Mereka berangakat berenam, menggunakan mobil Miskun. Di dalam mobil berisikan, Miskun, Marjuni, Pianty, Putra, Mutiara dan Nurinda.

Selain Marjuni, merupakan anggota keluarga Miskun. Mereka tak langsung menuju BRI, melainkan mampir dulu ke Ramayana. Istri dan anak-anak Miskun turun untuk berbelanja. Setelah itu, Miskun dan Marjuni melanjutkan perjalanan menuju BRI.

Setelah dilakukan pengecekkan kondisi transferan sudah positif masuk, Miskun pun langsung melakukan pencairan. Karena angka penarikan melebihi seratus juta maka harus dilakukan dua kali. Selanjutnya uang dimasukkan di dalam kantong kresek.

Dari sinilah mulai awal kejanggalan penyidikan polisi. Keterangan keduanya berbeda. Marjuni mengatakan, setelah dilakukan penarikan uang tersebut, Miskun hanya menunjukkannya tanpa menyerahkan. Sedangkan Miskun mengaku telah menyerahkan uang tersebut.

Setelah itu, Marjuni meletakkan uang tersebut, di jok belakang dengan ditimpa sandaran kursi. Kantong pembungkus uang kapasitasnya tak memadahi, sehingga saat diletakkan di jok belakang, ada sebagian yang tercecer.

Setelah memegang uang tersebut, keduanya berbegas meninggalkan bank lalu menuju tempat lain. Tempat yang mereka tuju yakni, bengkel rekan Miskun di jalan Desa Harapan dekat kantor Samsat. Sekitar satu jam, mereka kembali ke Ramayana untuk menjemput istri dan anak Miskun.

Setelah sampai, Miskun tak lantas mengarah ke tempat parkir, namun justru memarkirkan mobilnya di sebrang Ramayana. Ia pun bergegas memanggil keluarganya untuk kembali ke rumah. Namun, Miskun memersilahkan Marjuni untuk menunggu di kedai minuman. Dan mobil dikunci oleh Miskun.

Sambil memesan minum, Marjuni terus memandangi mobil milik rekannya. Tak lama, nampak ada mobil avanza putih menjejeri mobil Miskun. Seketika bunyi alarm mobil dan saat hendak dikejar, mobil tersebut melesat.

"Kejadiannya begitu cepat, awalnya saya tak curiga dengan mobil avanza putih tadi," ucapnya sambil sesekali menunduk.

Wakapolsek Mandau, AKP Daud Sianturi merasa ada kejanggalan dari kasus ini. Keterangan yang ia dapatkan berbeda satu sama lain. Ia mencontohkan, saat ditanya masalah waktu, keduanya tak sama.

"Kami merasa ada kejanggalan dalam kasus ini, maka dari itu kami akan dalami dari kedua belah pihak," ucapnya.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar