Rabu, 25 Mei 2011

Rasyid: PSB Rentan Kecurangan

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Mendapat jabatan baru, sebagai Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Mandau, M Rasyid merasa beban dan tugasnya semakin berat. Saat ditemu Tribun di Kantor Camat Mandau, ia berkomitmen akan bekerja lebih keras, Selasa (24/5).

"Banyak permsalahan yang harus dibenahi di tempat kerja baru," ucapnya sembari sesekali tersenyum.

Satu dari beberapa masalah yang akan ia benahi yakni, sistem penerimaan siswa baru sekolah negeri. Penerimaan Siswa Baru (PSB) di kecamatan Mandau yang akan dijadwalkan beberapa bulan kedepan menurutnya memiliki sejarah kurang sedap. Menurut sepengetahuannya, tiap tahun PSB terjadi kecurangan kolektif.

Tak tanggung-tanggung, pelakunya dari mulai pengangguran yang mengaku pemuda sekitar sekolah, insan media, hingga surat sakti anggota DPR berseliweran. Semuanya tak mau ketinggalan berebut jatah 'kue basah'. "Modusnya menitipkan saudara, tetangga dan lain sebagainya," ucap kepala sekolah yang tak mau disebutkan identitasnya.

Namun pihaknya mengaku tak tahu bila di belakang ada main uang atau tidak. Menurutnya, kegiatan tersebut tentu tak adil bagi siswa-siswa yang memiliki prestasi bagus namun tak punya 'orang dalam'. Bagi sekolah-sekolah negeri yang tak dianggap favorit pun alami kekurangan murid dari kuota yang ditentukan.

Saat Tribun telusuri kebenaran kabar tersebut ke SMAN 3 Mandau, Kepsek, Akmal membantah adanya kecurangan. PSB yang ia jalankan sesuai dengan aturan yang berlaku. Tahun lalu daya tampung sekolahnya yang berjumlah sepuluh kelas, ia anggap seleksinya adil. Namun ia mengakui, tahun lalu ada penambahan kuota enam kelas dari Kepala Dinas Pendidikan Bengkalis.

"Untuk seleksi penerimaan yang enam kelas tambahan, saya serahkan lembaga musyawarah warga tempatan," ucapnya.

Menurutnya, seleksi dilakukan oleh lembaga binaan kelurahan tersebut. Ternyata agenda PSB sudah menjadi hajat bersama, 'panitia dadakan' pun ikut sibuk menyeleksi calon siswa baru. Bagaimana seleksi yang dilakukan panitia dadakan, Akmal 'tutup mata'. Kepada Tribun hanya mengatakan, mana nama-nama anak tersebut, nih kursi SMAN 3 Mandau. Saat mengatakan hal tersebut, ia menunjuk kursi yang ada disebelahnya.

Saat ditanya, apakah ada imbalan yang harus dibayarkan untuk mendapat kursi tersebut? Akmal menjawab, saya tak tahu, itu urusan orang yang menyeleksi. Karena daya tampung ditambah, menyebabkan sekolah-sekolah swasta bahkan beberapa sekolah negeri kekurangan siswa.

Untuk itu Rasyid mengumpulkan kepala sekolah  yang ada di Mandau untuk mencari solusi atas permasalahan ini. Bersama jajarannya, ia merumuskan beberapa ajuan untuk dikirimkan ke Bengkalis. Skema yang akan digunakannya yakni pendaftaran satu pintu. Namun pada Tribun, ia tak bisa memastikan skema tersebut bisa dijalankan.

"Kita hanya unit pelaksana, maka dari itu kita lihat saja keputusan kepala Dinas Pendidikan Bengkalis," lanjutnya.

Saat ditanya, bila ada kemungkinan, skema yang diajukannya tak dikabulkan, lalu langkah apalagi yang akan ditempuh? ia hanya senyum dan menggeleng sesekali. 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar