Kamis, 17 November 2011

Pendi Tergantung di Pohon Jengkol

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Tiga bocah SD lari terbirit-birit pulang ke rumah masing-masing. Sembari berlari, ketiganya juga berteriak sekencang-kencangnya. "Ada mayat, ada mayat, ada mayat," ucap ketiganya pada Tribun, Kamis (17/11).

Ketiga bocah ini yakni, Rahul (9), Andi (8), Jaka (9). Awalnya mereka berniat mandi di kolam yang berada di areal kebun sawit milik Mansyur. Ketiganya tinggal di jalan Proyek Sakai desa Petani. Sekitar pukul 13.00 ketiganya berniat mandi di kolam yang tak jauh dari rumah. Pada Tribun, Andi mengaku lelah main dan berniat mandi seperti biasa.

"Namun saat mau sampai ke lokasi, terlihat samar-samar ada yang menggantung di pohon jengkol. Kami pun kontan mendekat, saat bayangan itu terlihat jelas, kami pun terkejut. Kami takut dan langsung lari ke rumah masing-masing," lanjut Andi.

Mereka pun kontan mengurungkan niatnya. Rahul mengaku, sambil berlari, ketiganya berteriak. Sesampainya di rumah, Rahul pun langsung mengatakan apa yang telah ia temui pada keluarga. Bagi ketiganya, kejadian ini sangat menyeramkan. Saat dijumpai Tribun, ketiganya pun nampak ketakutan dengan tak mau jauh dari ibu mereka.

Mayat yang tergantung di pohon jengkol itu ternyata tetangga dekat ketiga bocah ini. Pria berusia 18 tahun ini bernama Pendi. Saat dijumpai, keluarga Pendi nampak sangat sedih melihat kondisi ini. Pria yang dikenal dengan sosok yang pendiam dan tak neko-neko ini meninggal secara mengenaskan.

Kakak korban, Hanijah (35) ketika ditemui Tribun mengatakan, dirinya tak mengerti apa yang jadi penyebab anak kesepuluh dari duabelas bersaudara itu melakukan tindakan nekad seperti itu. Padahal selama ini, meski tidak mempunyai kerjaan tetap, korban terlihat baik-baik saja dan selalu terlihat tenang. Apa bila dinasehati dirinya selalu manut dan tidak banyak protes.

"Tadi pagi saya melihat dia pergi keluar rumah, saya tak curiga sama sekali. Namun tak menyangka, kenapa sekarang jadi begini," ucapnya sambil tersedu.

Selama ini Hanijah merasa anak ke sepuluh dari 12 bersaudara ini tak memiliki masalah dengan siapa pun. Dan adiknya itu juga diketahui tak memiliki masalah pribadi. Hutang piutang atau masalah asmara, ia rasa tak pernah ada tanda-tanda adiknya sedang mengalaminya.

Sedangkan kalau dibilang punya masalah asmara, menurut Hanijah, korban belum mempunyai kekasih. Karena pemikiran korban belum sampai situ. Bahkan sekedar bermain bersama teman-temannya.

"Tidak tahu saya, kenapa dia bisa seperti itu, setahu saya dia tidak punya masalah dengan siapapun, dengan keluarga dia pun baik dan tidak banyak menuntut apa-apa, meski dia belum punya pekerjaan tetap," ujar Hanijah.

Tangis kesedihan pun tak terbendung lagi. Dengan terbata, bibi korban, Nena mengaku tak tahu apa penyebab kematian keponakannya itu. Melihat kejadian itu, ia pun nangis tersedu-sedu.

"Baru malam tadi saya bertemu dengan Pendi, namun tak ada tanda-tanda apa-apa. Namun kenapa sekarang jadi begini," ucapnya.

Baik Hanijah maupun Nena mengaku tak tahu apa penyebab kematian Pendi. Apakah bunuh diri ataupun ada orang yang sengaja melakukan perbuatan jahat. Setengah jam setelah Pendi ditemukan, polisi bersama mobil ambulan tiba di lokasi. Selanjutnya jasad Pendi dibawa ke RSUD Duri untuk menjalani visum.

Namun karena lokasi yang jauh dari pemukiman warga membuat akses rombongan pihak kepolisian dan medis sedikit terhambat. Dengan perlahan mobil ambulan masuk melalui jalan setapak, hingga sekitar sekilo ke dalam barulah tiba ke TKP.

Kapolsek Mandau, AKP Devy Firmansyah mengaku belum bisa memastikan kematian Pendi. Yang bersangkutan mengaku sedang menunggu hasil visum. Namun Devy mengaku langsung melakukan penyidikan atas bukti-bukti yang ditemukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar