Minggu, 26 Juni 2011

Berbagi Tempat Dengan Gepeng Untuk Galang Dana

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Peraih medali emas kejuaraan tapak suci se Riau 2010, Rama Andika membasuh keringat yang membasahi keningnya. Namun keringat ini mengucur bukan karena sedang berlatih pencak silat. Apalagi bertanding dalam kejuaraan silat. Keringatnya mengucur karena kepanasan tersengat sinar matahari.

Ia berdiri di simpang garoga dengan menenteng kardus bertuliskan 'IPSI kecamatan Mandau mohon bantuan masyarakat'. Bersama belasan atlit pencak silat lain sengaja menghimpun lembaran uang untuk biaya transportasi mengikuti seleksi pra porda di Bengkalis.

Mereka berpencar di tiga ruas jalur simpang garoga. Sebagian di jalan Sudirman ke arah Dumai. Sebagian lagi di jalan Hang Tuah dan sebagian lagi di jalan Sudirman ke arah kota. Miris jika melihat kegiatan tersebut, bibit-bibit atlit berprestasi di negeri kaya ini harus berbagi tempat dengan pengemis tunanetra dalam mengumpulkan uang.

Jelang Porda di Tembilahan beberapa hari kedepan, Pengcab Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) kabupaten Bengkalis mengadakan seleksi atlit. Seleksi dilakukan di kecamatan Bengkalis, tanggal 28-30 Juni. Untuk mengikuti kegiatan tersebut, pengurus ranting IPSI Mandau tak mendapat kucuran dana transportasi dari Koni Bengkalis.

Untuk itu, kontingen IPSI sepakat melakukan penggalangan dana dari masyarakat. Ketua Pengurus ranting IPSI Mandau, Surya mengatakan telah mengupayakan pencairan dana transportasi tersebut. Kepada Tribun, ia mengatakan telah menghubungi Koni Bengkalis. Namun ia mendapat kabar, dana tersebut sudah masuk ke bendahara Koni Mandau.

Sementara saat hal itu dikonfirmasikan ke bendahara Koni Mandau, Syafro, yang bersangkutan mengatakan, dana tersebut akan cair bulan Juli mendatang. "Bagaimana bisa, pelaksanaan kegiatan di bulan Juni, namun anggaran cair bulan berikutnya," ucap Surya, Minggu (26/5).

Menurutnya, kegiatan ini seharusnya didukung penuh oleh pemkab Bengkalis. Bukan lantas dipersulit. Ia berkomentar, Pengcab Bengkalis justru menghambat prestasi atlit kontingen Mandau. Bahkan atlitnya harus berbagi tempat dengan tunanetra penabuh gendang menghimpun dana. Ia menambahkan sebagai kecamatan berpenghasilan tertinggi di Indonesia, seharusnya malu.

Niatnya dalam mengajak atlit turun ke jalan yakni sebagai aksi protes pada pengcab yang kurang memerhatikan kontingen Mandau. Menurut Surya, sikap pengcab belakangan seolah tidak menghendaki kontingen Mandau berprestasi. "Seringkali pengcab menginformasikan kejuaraan ke pengurus ranting IPSI Mandau, bila waktunya sudah mepet, lalu bagaimana kesiapan atlit kita," lanjutnya.

Saat Tribun konfirmasikan ke Bendahara Koni kecamatan Mandau, Syafro membantah menghambat prestasi atlit. Ia megatakan, tindakan yang dilakukan Surya, merupakan tindakan memalukan. Jauh hari ia mengatakan, semua anggaran transportasi, konsumsi hingga penginapan kontingen Mandau sudah disediakan.

"Sementara, yang saya katakan bulan Juli adalah dana Koni yang juga untuk kepentingan cabang olahraga lain, bukan hanya untuk pencaksilat," jawabnya.

Ia menegaskan sekali lagi, anggaran Koni tersebut, sifatnya hanya membantu kekurangan, bukan anggaran penuh. Sementara anggaran penuh atlit pencaksilat kontingen Mandau ada pada pengcab IPSI Bengkalis.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar