Jumat, 24 Juni 2011

Leher dan Dada Diinjak

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Saat Tribun sambangi kediaman korban penculikan, Sugianto tak ada aktifitas yang mencolok. Bengkel yang memberikan layanan servis sepeda motor dan penjualan onderdil, tak ada yang berubah dari sebelumnya. Namun kala Tribun mencoba menemui pemilik bengkel yang beralamat di jalan Hang Tuah, Kecamatan Mandau, Jumat (24/6), yang bersangkutan tak berkenan menemui.

Peristiwa penyekapan yang menimpa dirinya Rabu hingga Kamis lalu membuatnya trauma. Anak kandungnya bersama orang kepercayaannya, Agustina dan Hasbullah Siregar yang menemui Tribun. "Jangankan untuk beraktifitas seperti biasa, turun ke lantai dasar saja, yang bersangkutan tak berani," ucap Hasbullah.

Isak tangis tak terbendung lagi, saat kepala keluarga ini diculik orang tak dikenal. Sanak saudara semua berkumpul di kediaman Sugianto. Ekspresi kecemasan terpancar dari seluruh anggota keluarga. Begitulah pengakuan Agustina saat dikonfirmasi Tribun.

"Apalagi ketika para pelaku menelepon dan meminta uang tebusan, kami semua semakin cemas akan keselamatan ayah," lanjutnya.

Namun kala itu, polisi terus meyakinkan keluarga supaya tetap tenang. Tetapi ia mengaku tak bisa menutupi rasa cemas itu. Hasbullah mengatakan, Agustina lah yang merasa sangat terpukul sampai-sampai tak henti-hentinya menangis. Kabar penangkapan tersangka dan penyelamatan polisi terhadap Sugianto, Kamis (23/6) pukul 4.00 pagi, membuat hati keluarga sedikit lega.

Agustina merasa benar-benar lega ketika melihat ayahnya pulang dengan selamat. Ayahnya hanya mengalami luka-luka di kedua daun telinga dan lutut. Sepulang dari penyekapan, ayah Agustina menceritakan apa yang terjadi selama penyekapan.

Penyekapan terjadi sekitar delapan jam. Sugianto mengaku tangan dan kakinya diikat menggunakan lakban. Tak hanya itu, mata dan mulutnya juga ditutup lakban. "Selama penyekapan, susah sekali untuk napas," ucap Agustina menirukan perkataan ayahnya.

Selama delapan jam penyekapan, Sugianto tak dipindahkan ke lain tempat, hanya di dalam mobil. Mobil terus berderung, namun ia tak tahu menuju kemana. Sugianto mengaku cemas, dan takut dirinya hendak dibawa kemana lalu diapakan. Ia dibaringkan di lantai mobil dengan dada dan leher diinjak.

"Mungkin supaya tak bisa menegakkan badan atau berdiri," tambah Habullah.

Dari pijakan kaki bersepatu itu, memberikan bekas goresan pada leher Sugianto. Korban dan seluruh keluarga tak tahu motif penculikan yang dilakukan komplotan tak dikenal. Sugianto mengatakan pada keluarga kalau dirinya tak punya musuh atau saingan bisnis. Yang jelas ia mengaku, peristiwa ini membuatnya trauma. Ia berpesan pada semua anggota keluarganya untuk selalu berhati-hati dan waspada, karena tindak kejahatan sewaktu-waktu bisa terjadi.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar