Rabu, 29 Juni 2011

Senang Bisa Dikhitan

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Indra Farido (12) mengaku senang bisa dikhitan gratis. Sesuai tuntunan ajaran agama yang sering disampaikan gurunya di kelas, yakni anak laki-laki wajib dikhitan. Meski tak tahu apa manfaat laki-laki dikhitan, siswa kelas 6 ini merasa senang bisa menunaikan kewajiban agama.

"Ternyata disunat itu tak sakit seperti yang dibayangkan, awalnya memang rada ngeri, tapi pas dijalani, tidak sakit," ucapnya sambil mengembangkan senyum, Rabu (29/6).

Selain menjalani kewajiban menjadi laki-laki, ia juga senang karena mendapat bingkisan dan santunan. Isi bingkisan itu sarung dan beberapa bungkus makanan ringan. Selain itu Indra dan seratus anak lain mendapat santunan untuk pendidikan.

Kegitan khitanan massal ini merupakan, implementasi dari lembaga amil zakat yang berhasil menghimpun zakat, infaq dan shodaqoh. Bekerjasama dengan RS Permata Hati, UPZ Ibadurrahman khitan 110 anak yang tergolong dari lingkungan duafa.

Jauh-jauh hari UPZ Ibadurrahman melakukan sosialisasi untuk pendaftaran peserta khitan. Penanggungjawab acara khitan massal, dr Yenti mengatakan, UPZ berupaya meminimalisir agar tidak salah sasaran. Setelah pendaftaran, panitia melakukan survai langsung ke rumah-rumah calon peserta khitan.

"Ada beberapa calon peserta yang tidak kita ikutkan dalam khitanan ini karena didapati yang bersangkutan tergolong dalam keluarga mampu," ucapnya.

Acara ini digelar tiap tahun, menurutnya, bagi yang belum mendapat kesempatan khitan di tahun ini, bisa mengikutinya di tahun depan. Peserta khitan massal ini diperuntukkan masyarakat Mandau yang dinilai kurang mampu. Menurutnya, kenapa khusus warga yang kurang mampu, karena semua pembiayaan merupakan amanah dari pembayar infaq dan shodaqoh.

Pada khitan tahun ini, khitan dilaksanakan selama empat hari di klinik pengobatan UPZ Ibadurrahman. Setiap hari UPZ menyediakan 8 hingga 10 tenaga medis. Untuk peserta khitan yang kondisi kesehatannya tak memungkinkan, akan dirujuk ke RSUD Mandau yang memiliki peralatan medis lebih canggih.

"Untuk tahun ini ada tiga anak yang kami rujuk ke RSUD," tambahnya.

Seorang peserta menurutnya menderita hipospadia atau tidak normal dalam mengeluarkan air seni. Sementara yang seorang lagi memiliki pembuluh darah yang menonjol. Ditakutkan terjadi pendarahan yang cukup banyak, maka dari itu dr Yenti mengirim bocah tersebut ke RSUD.

Bocah terakhir didiagnosa ada benjolan-benjolan pada kulit alat kelaminnya. Menurutnya untuk menjaga kesehatan si bocah, maka sebih baik dirujuk ke RSUD yang memiliki peralatan medis lebih lengkap.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar