Kamis, 09 Juni 2011

Lasiyem Harus Menahan Sakit Gara-gara Paramedis Mogok Kerja

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Lasiyem (54) masih harus meringis menahan rasa sakit di kaki kiri. Wanita yang kini terkulai lemas di atas kursi roda hanya bisa pasrah kala mendengar kabar, operasi yang dijadwalkan hari ini, diundur. Pasien rawat jalan RSUD Duri ini hanya diberi alasan, tak ada dokter yang akan mengoperasi.

"Semakin lama, kaki saya terasa semakin sakit," ucapnya sambil meringis menahan sakit, Kamis (9/6).

Penyakit ini sudah diderita sejak sebulan lalu. Saat awal difonis mengidap penyakit gula, ia belum merasakan sakit yang begitu menyiksa. Kondisi kaki kirinya kini menjadi semakin parah. Kaki kirinya sekarang harus dibalut perban karet.

Keluarga menghendaki kaki Lasiyem segera diobati. Selama sebulan perawatan, luka di kaki kirinya hanya dibersihkan, tanpa mendapat perawatan intensif. Kini kaki kirinya sudah hampir membusuk. Bahkan saat ditemui Tribun di RSUD, ada beberapa lalat hinggap di kakinya. Putra lelakinya, Wawan (28) mengaku tak tahu penyebab, proses bedah yang dijadwalkan hari ini harus diundur.

"Kami cukup kesal, karena sengaja datang jauh-jauh ke sini untuk jalani operasi, ternyata kembali diundur," ucapnya kesal.

Lasiyem sekeluarga datang pagi-pagi dari Kuala Penaso, Muara Basung, Pinggir, Bengkalis. Bukan tanpa perjuangan, jarak dari rumah hingga RSUD lebih dari 60 KM. Namun setelah di rumahsakit, jadwal operasi tak jadi dijalani.

Lasiyem sekeluarga tak tahu kalau diundurnya operasi dikarenakan pegawai RSUD Duri melakukan aksi mogok kerja. Hampir 100 pegawai RSUD dan Puskesmas hanyak duduk-duduk di koridor rumahsakit. Selepas olahraga, para pegawai kompak untuk tak mau melaksanakan tugasnya.

Para pegawai paramedis ini mogok karena menuntut pemerintah daerah kabupaten Bengkalis untuk meninjau ulang Perbup yang menghapuskan tunjangan profesi paramedis. Perbup ini mulai berlaku sejak 2011. Maka tunjangan profesi paramedis pun dihentikan secara langsung.

Menurut pegawai yang tak mau disebutkan identitasnya mengatakan, kerja paramedis lebih keras ketimbang dokter dan apoteker. Tapi kenapa tunjangan profesi hanya berlaku untuk mereka. "Sedangkan kami yang melakukan tugas lebih berat tak mendapatkannya," lanjutnya.

Saat ditanya, bagaimana dengan operasional RSUD bila karyawannya mogok? Ia menjawab, sekarang ditangani dokter, apoteker dan tenaga honor. Lalu bagaimana nasib pasien dengan jumlah yang tak sedikit dan perlu penanganan? Ia menjawab, ya seperti inilah, harus bagaimana lagi.

Aksi mogok ini baru dilakukan hari ini. Dan sifatnya spontanitas, tak ada yang yang mengkoordinir. Saat ditanya, sampai kapan akan dilakukan, yang bersangkuta menjawab, tak tahu. Pegawai yang melakukan aksi mogok yakni, Bidan, Perawat, Laboratorium, Asistan Apoteker dan lain-lain.

Saat Tribun konfirmasikan pada Direktur RSUD Duri, dr Darwin magatakan, hal ini tak ada sangkut-pautnya sama RSUD. Kebijakan yang menghapuskan tunjangan profesi paramedis diambil oleh Bupati Bengkalis. "Kami tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menyampaikan keluhan ke Pemkab," ucapnya.

Untuk kelangsungan operasional RSUD, ia mengatakan, masih terus berjalan. Semua ditangani Dokter dan tenaga honor. Namun saat ditanyakan perihal jadwal operasi, ia menjawab, hari ini tak ada jadwal operasi. Namun saat ditanyakan jadwal operasi Lasiyem penderita gula, ia menjawab, ditunda mungkin ada kendala faktor lain.

Saat wartawan konfirmasikan ke Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, Zulfan Herri mengatakan, aksi tersebut tak bisa dibenarkan. Bagaimanapun tuntutan, pegawai tak boleh mangkir dari tugas pokoknya. Karena menyangkut keselamatan masyarakat banyak.

"Bila ada insiden pada pasien karena aksi ini, yang bersangkutan bisa terkena sanksi," tutupnya.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar