Rabu, 07 September 2011

Air Parit Untuk MCK

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN – Bencana mengancam kabupaten yang berpendapatan terbesar di Indonesia. Warga desa Sebanga, Albohari mengatakan, kekeringan yang dialami Duri, bisa menjadi bencana besar di suatu hari bila tak lekas ditangani. Beberapa hari ke belakang, suplai air bersih satu-satunya yang melayani masyarakat Duri tak lagi bisa dinikmati. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mengaku kekurangan pasokan air.

Pria yang akrab disapa Albo ini mengibaratkan layaknya pepatah, tak ada rotan akarpun jadi. Tak ada air bersih, air parit pun jadi. Itulah satu-satunya sumber air yang bisa dimanfaatkan bagi warga Duri. Dan itulah yang digunakan untuk keperluan mandi dan mencuci warga Sebanga saat ini. Aktivitas mandi dan mencuci warga Sebanga kini harus menciduk air parit.

"Kami sangat miris melihat kenyataan ini, kenapa pemerintah tak bisa mencarikan solusi atas terputusnya suplai air yang menjadi kebutuhan dasar manusia," ucapnya.
Pria yang berprofesi sebagai guru, ini juga mengaku kerepotan dengan tak mengalirnya suplai air PDAM. Daripada hanya mengharapkan pasokan air PDAM yang sering macet, masyarakat lebih memilih menggunakan air parit, yang kualitasnya sangat jauh dari sehat, untuk keperluan harian seperti mandi, cuci dan kakus.

"PDAM yang diharapkan bisa mengatasi kekeringan dengan pasokan air bersih yang mereka punya, juga tak bisa diharapkan. Mungkin pelanggan yang berada di sekitar Simpang Padang, kucuran air ke bak mereka
lancar, namun arah Sebanga, sangat kurang, bahkan hanya menetes. Sungguh malang sekali warga yang tinggal di Sebanga ini. Air paritpun terpaksa diceduk untuk mandi dan mencuci,'' ujar Albohari pada Tribun, Rabu (7/9).

Pemandangan miris itu, pernah dilihat Albohari di daerah Suriname, di mana beberapa orang keluarga mau tak mau memanfaatkan air yang ada untuk keperluan harian. Meski harus disaring lagi, hal ini terpaksa dilakukan.

Menurutnya, bukannya warga tak mau mengambil air ke sumur CPI. Tapi jumlah warga yang ke sana juga tak sedikit, berebut. Memang parah betul, musim kemarau tahun ini. Apa yang salah dengan negeri ini, kok hujan tak turun-turun.

"Mungkin banyak pekerjaan manusia yang salah, sehingga Allah pun murka, dengan memperpanjang musim kemarau. Seharusnya September ini sudah memasuki musim hujan,'' ungkapnya.

Daerah Sebanga, sejak kegiatan eksplorasi pengeboran minyak dilakukan CPI beberapa puluhan tahun silam, ia menduga telah mengakibatkan sumur-sumur warga kering. Air bersih dari sumur yang menjadi sumber kehidupan diperkirakan meresap amblas ke daerah pengeboran minyak untuk menutupi celah lobang yang ditinggalkan.

---
Sidebar

Musiman kemarau yang sudah memasuki masa 4 bulan benar-benar membuat banyak sumur-sumur warga di kecamatan Mandau kekeringan. Ironisnya, kondisi ini diperparah oleh pasokan air PDAM
Tirta Dharma yang tak stabil, kadang lancar, kadang macet. Menyikapi keadaan ini, bupati Bengkalis Herliyan Saleh mengaku sudah memerintahkan Direktur PDAM Bengkalis yang baru segera turun ke lapangan mencarikan solusi, guna menormalkan pasokan air ke rumah-rumah pelanggan.

"Saya sudah dengar soal keluhan masyarakat Mandau yang kekeringan air, dan tidak mendapatkan pasokan air bersih dari PDAM secara normal. Untuk mengatasi hal ini saya sudah instruksikan Direktur yang baru ke
lapangan, bagaimana caranya sumber-sumber air bersih bisa ditambah. Mungkin dengan meminta bantuan dari CPI, yang selama ini memang tempat bergantung masyarakat akan air bersih,'' ujar Herliyan Saleh.

Diakui bupati, kebutuhan air bersih di Mandau, jika dibandingkan dengan kota tetangga Dumai, jauh lebih besar. Air juga menurut bupati, kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi setiap saat untuk keperluan MCK (mandi, cuci, dan kakus). Maka dari itu ia berharap kekeringan air ini dapat segera teratasi.

"Banyak perencanaan yang dilakukan beberapa waktu lalu terkait menambah debit air yang gagal. Inilah yang akan kita coba pecahkan. Mungkin dengan memperbanyak mobil tangki ke daerah-daerah yang kekeringan bisa sedikit membantu mengatasi masalah,'' tukasnya.

Terkait adanya masyarakat yang mulai menggunakan air parit untuk keperluan mencuci dan mandi, bupati merasa prihatin, serta sangat memahami bahwa kekeringan ini telah membawa kegelisahan bagi masyarakat.

"Namun untuk membuat hujan buatan rasanya tak mungkin. Kuatirnya, maksud hati turun di Mandau, nanti dibawa angin ke daerah lain. Jadi solusi itu belum tepat. Yang lebih rasional, mengoptimalkan PDAM yang sekarang ini, serta memanfaatkan sumber-sumber air yang ada," imbuhnya.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar