Jumat, 09 September 2011

Novi: Anggota DPMKM Belum Layak Jadi Tokoh

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: wicaksanaarifturbrilian@yahoo.com
Date: Fri, 9 Sep 2011 09:50:46
To: Millis<tribunners@yahoogroups.com>; 1<tribun_pekanbaru@yahoo.co.id>; Weartcreations<we.art1986.tribunjogja@blogger.com>
Reply-To: wicaksanaarifturbrilian@yahoo.com
Subject: Mandau Kehilangan Tokoh

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Masyarakat mandau kehilangan tokoh. Itulah kalimat yang dilontarkan ketua karang taruna Mandau, Novi Safrizal pada Tribun, Jumat (9/9). Ia dan beberapa elemen masyarakat Mandau merasa tak menemukan sosok yang patut ditokohkan di Mandau. Termasuk di lingkungan pejuang pemekaran Kabupaten Mandau.

Semua orang yang berbicara banyak tentang ini dan itu hanya menokohkan diri. Bukan sepenuhnya tokoh yang benar-benar dapat diikuti. "Kami sudah lama merindukan sosok pemimpin yang bisa menyatukan perjuangan pemekaran kabupaten Mandau," ucapnya.

Menurutnya, statmen tersebut bukan bermaksud untuk melemahkan perjuangan, namun justru sebaliknya. Untuk melanjutkan perjuangan pemekaran, kita memang betul membutuhkan sosok yang bisa mempersatukan semua elemen masyarakat.

Dalam tubuh Dewan Presidium Masyarakat Kabupaten Mandau (DPMKM), ia tak menemukan sosok yang memenuhi kriteria yang pantas ditokohkan. Peristiwa demi peristiwa yang telah dilalui selama perjuangan, menyebabkan beragam penilaian muncul mengenai sosok tersebut.

Lanjutnya, permasalahan kelangkaan figur inilah yang menyebabkan langkah perjuangan tidak masimal. Tentunya ia memimpikan hal ini segera harus secepatnya dibenahi karena akan mempengaruhi perjuangan dari segala lini.

"Hadirkan tokoh-tokoh baru yang memenuhi empat kriteria yang dikehendaki masyarakat," tambahnya.

Empat kriteria dasar yang harus dimiliki figur tersebut yakni, Intelektual yang tinggi, Idealisme yang kuat, Pola pikir pembaharuan dan tentunya yang dekat dengan masyarakat. Memunculkan figur tersebut bukan menjadi tugas DPMKM ataupun KP2KM, namun menjadi tugas seluruh masyarakat Mandau.

Sekali lagi ia menegaskan, ketokohan tersebut bukan muncul dari orang yang ingin dan mengaku-ngaku sebagai tokoh. Namun ketokohan itu datang dari masyarakat yang menilai sosok tersebut pantas untuk jadi panutan.

Dan itu menjadi tugas berat masyarakat untuk memilih siapa yang pantas menjadi nahkoda perjuangan. Menjadi tokoh masyarakat tentu dapat menggandeng semua elemen masyarakat untuk berjuang bersama. Bukan justru saling sikut mempertahankan kepentingan.

Ia jua mengatakan, tokoh tersebut juga harus dapat menggandeng parpol yang mempunyai kedudukan strategis di Mandau. Menurutnya, parpol yang berkedudukan di Mandau jangan hanya jadi penonton. Namun harus turut ambil bagian dari perjuangan. Parpol harus turut bangkitkan rasa kepemilikan atas Mandau.

Ia mencontohkan, kedudukan Herliyan Saleh di PAN merupakan ketua DPW Riau, maka bisa dikatakan dekat dengan tokoh sentral dalam pemerintahan yang juga ketua PAN, Hatta Rajasa. Bila PAN Mandau tak bisa mengupayakan Herliyan untuk sampaikan keinginan masyarakat Mandau untuk mekar kepada pemerintah pusat, ia pastikan dalam pemilu, PAN tak akan mendapat banyak suara.

"Partai politik yang berdudukan di Mandau harus bisa ikut memperjuangkan pemekaran Kabupaten Mandau. Bila ada parpol yang tak mau berbuat sesuatu untuk perjuangan masyarakat, maka patut untuk dipertanyakan kepentingannya. Saya jamin parpol tersebut tak akan dapat simpati masyarakat," tambahnya.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar