Rabu, 10 Agustus 2011

Beragam Modus Menarik Simpati

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Pada bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri di kota Duri kecamatan Mandau kerap jadi daerah tujuan pengemis. Dengan kepadatan kota yang cukup besar dan pendapatan perkapita yang tinggi, Duri merupakan 'lahan basah' bagi para pengemis.  Pengemis ini merupakan pengemis dadakan. Maksudnya, pada event-event tertentu saja mereka mengemis.   

Mereka sangat mudah ditemukan di tempat umum. Di pasar, Masjid Raya Arafah, ATM, pertigaan simpang garoga, di rumah makan hingga yang beredar di jalanan. Modus mereka mengemis bermacam-macam. Beragam jurus membuat orang menjadi iba, dikeluarkan. Ada yang dengan membawa anaknya turut serta. Ada tuna netra yang berjalan digandeng. Dan ada pula yang berpura-pura lumpuh.

Modus baru untuk membuat iba yakni berpura-pura menjadi pengumpul dana pembangunan masjid, pondok pesantren, atau panti asuhan. Yang tak habis pikir, saat proposal pembangunan tersebut dibaca, ternyata lokasi pembangunannya di pulau jawa. Pria paro baya yang tak mau menyebutkan namanya, mengaku pada Tribun, hanya menyadur amplop milik kawannya kala tinggal di Jakarta.

"Saya tak punya kemampuan apa-apa, maka dari itu melakukan apa yang bisa dilakukan untuk melangsungkan hidup," ucapnya saat dijumpai di ATM bank ternama, Rabu (10/8).

Pria sebatangkara ini mengaku tak memiliki ijazah apapun untuk melamar kerja. Sedangkan untuk menjalani usaha, ia mengaku tak terampil mengelola uang. Berapa pun uang yang didapat, ia mengatakan, pasti akan abis hari itu juga. Ia telah beberapa kali mencoba berjualan asongan, tapi, modalnya malah habis dimakan sendiri.

Namun dia mengaku tak pernah memaksa orang untuk memberikan sumbangan. Mereka memberi seikhlasnya. Begitu juga dengan pengemis lainnya. Beragam trik ini hanya supaya setiap orang yang dijumpai, menyodorkan lembaran uang kertas. Para pengemis musiman ini biasanya datang satu keluarga dan tidur diemperan toko.     

Menjawab persoalan ini, Kepala UPTD Sosial Mandau, Tengku Nurhasanah mengaku kewalahan. Ia mengaku takut jumlahnya akan semakin banyak. Namun ia mengatakan hanya bisa membiarkan saja fenomena ini. Tak ada yang bisa diperbuat.

"Ini adalah adalah polemik yang kita hadapi jika Rhamadan dan menjelang hari raya. Mau ditertibkan mereka mau ditampung di mana? Kalau dipulangkan, mengeluarkan biaya besar. Saya miris karena hanya bisa menyaksikan aksi mereka," ucap Tengku saat dijumpai di kantornya.         

Dia mengatakan seperti itu karena memang tak mendapat anggaran sedikitpun dari pemkab Bengkalis. Selain itu, UPTD Sosial Mandau hanya beranggotakan dua orang staf. Menurut pengakuannya, untuk menjaring dan melakukan pendataan pun tak ada anggaran. Apalagi akan mengelola bahkan mengarahkan para pengemis tersebut.

Namun bila nanti keberadaan mereka dirasa sangat mengganggu, maka kita akan minta bantuan satpol PP untuk menertibkannya. Biasanya jumlah mereka kian bertambah dipertengahan Ramadhan hingga lewat lebaran. Setelah hari raya biasanya mereka berkumpul di pemakaman-pemakaman.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar