Selasa, 09 Agustus 2011

Lebih Baik Untuk Fakir Miskin

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Kegiatan memberi hadiah berupa uang pada anak-anak waktu lebaran sudah menjadi aktifitas yang lumrah dilakukan masyarakat. Bahkan cenderung telah jadi budaya yang harus dilakukan tiap tahun. Alih-alih memberikan hadiah karena telah lulus ujian puasa sebulan penuh pada Ramadhan. Namun belakangan, masyarakat menganggapnya bisa mengangkat prestise karena menjadi dermawan.

Kegiatan ini sekarang justru didukung dengan memberi lembaran uang kertas yang masih mulus. Banyak masyarakat yang sengaja menukarkan uang kertas yang masih mulus ke bank BI. Karena ketersediaan uang kertas yang masih mulus terbatas, tentu menjadi peluang bisnis bagi sebagian orang. Mereka menyediakan uang pecahan Rp 5 ribu, Rp 10 ribu, dan Rp 20 ribu.

Operasi mereka di ruang publik, jalan raya, terminal, dan stasiun. Fenomena itu ditanggapi miring oleh Ketua MUI Jatim, KH Abdussomad, Senin kemarin. Seperti yang dirilis koranbaru.com, dia mengatakan, penjualan itu mengandung riba.

"Mereka seharusnya cari pekerjaan lain karena Jasa penukaran uang di jalan-jalan itu sama halnya dengan riba," ucapnya.

Kajian tersebut muncul karena uang merupakan alat tukar, kenapa dibeli dengan uang juga. Dan di dalam transaksi tersebut menguntungkan sebelah pihak. Padahal nilai yang ditukarkan sama dengan nominal uang tersebut. Namun imbauan ini tak diindahkan para pedagang uang tersebut. Karena permintaan uang mulus tersebut masih banyak di masyarakat.

Berbeda dengan ketua MUI, praktisi perbangkan syariah, Enda Dwi Seputra mengatakan tak terlalu merisaukan fenomena tersebut. Menurutnya, lebih baik kita sempurnakan makna dari silaturahmi yang dijalin dengan sanak keluarga. Makna dari kunjungan silaturahmi bukan untuk memberikan hadiah berupa uang pada sanak keluarga.

"Bila kegiatan silaturahmi sudah bergeser dengan aktifitas memberi dan mengharapkan hadiah uang, maka makna kesucian silaturahmi akan pudar dengan sendirinya," ucapnya, Selasa (9/8).

Tambahnya, bila kita perbaiki makna silaturahmi kembali ke fitrah, menjalani lebaran akan lebih indah dibanding hanya mendapat lembaran uang kertas mulus. Bila hendak bersodaqoh ia mengatakan, lebih afdol diberikan pada delapan golongan penerima zakat. Jelas akan lebih bermanfaat jika uang tersebut kita berikan pada kaum fakir miskin.

Ia ibaratkan, bila memberikan hadiah pada orang mampu, seperti menabur garam di lautan. Diberi garam atau tidak, air laut tetap terasa asin. Sama halnya, bila kita memberi hadiah uang pada orang mampu, maka tak akan merubah apapun. Diberi atau tidak, orang tersebut masih tetap kaya.

"Coba bila kita alihkan hadiah tersebut pada kaum fakir miskin, pasti akan sangat berharga dan sangat membantu hidupnya," tutupnya.
---
Enda Dwi Seputra
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar