Senin, 15 Agustus 2011

Hanya Salah Paham

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN – Bergantinya pimpinan dari Catur Prakoso kepada Syafriza Rafi di Tim Local Business Development (LBD) CPI, ternyata menimbulkan keresahan di kalangan rekanan LBD (pengusaha lokal,red). Sebagian dari rekanan menilai kehadiran Rafi telah membelah soliditas dan solidaritas ratusan rekanan LBD yang telah terbina dengan baik.

Semasa Catur dan Deswandi memimpin, rekanan LBD tak pernah merasa resah layaknya saat ini. Contoh kecil, proyek yang sudah diumumkan, ditarik kembali sehari kemudian. Rafi beralasan sudah ada pemenangnya. Hal ini menunjukkan tak lazim. Sementara para rekanan sangat membutuhkan proyek tersebut. Di mana sesuai dengan komitmen CPI membantu pengusaha lokal menjadi pengusaha professional.

"Janji Rafi tujuh bulan lalu ketika masuk, akan transparan soal proyek. Tapi belakangan dia mengingkari janjinya, mengubah sistim yang sudah terbina dengan baik selama ini,'' ujar Ibra, rekanan LBD kepada Tribun, Sabtu (13/8).

Ditambahkan Iwan Basri, selama ini rekanan LBD merasa berhutang budi kepada CPI yang telah memberikan banyak pekerjaan kepada pengusaha lokal. Sehingga saat ini sudah banyak yang mengerti cara berbisnis dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat tempatan.

Iwan sangat menyayangkan hanya gara-gara seorang Rafi, kekompakan kami mulai terbelah. Kami minta kepada CPI untuk meninjau kembali posisi Rafi di Tim LBD. Bahasa Rafi yang tak mau berurusan dengan Sakai juga menyingung harga diri rekanan dari Gapensus (Gabungan Pengusaha Suku Sakai). Lanjut putra asli Sakai, sejak Syafriza masuk proyek LBD baru Rp 35 Miliar yang direalisasikan, sangat jauh dari pimpinan sebelumnya.

Menanggapi keluhan dari sejumlah rekanan yang merasa tak nyaman atas kepemimpinannya di Tim LBD CPI, Rafi yang dihubungi, menjelaskan bahwa ia hanya menjalankan tugas sesuai dengan aturan dari
perusahaan (CPI). Dia tak merasa merusak harmoninasi rekanan LBD. Malah sikap tegas yang ia terapkan bertujuan supaya semua rekanan kebagian proyek, bukan sekelompok rekanan saja.

"Sistim yang lama jelas sekali ada monopoli dan jual beli proyek. Kami ingin rekanan
mendapat kesempatan yang sama berkompetisi secara sehat. Hanya kelompok rekanan itu saja yang bermasalah. Bahkan kami temukan pula kasus pemalsuan tanda tangan proyek. Kalau ini ditindaklanjuti secara
hukum, mereka akan repot sendiri,'' tambahnya.

Rafi juga mengaku tak pernah mengucapkan kata-kata bersifat rasis seperti yang dituduhkan Iwan Basri kepadanya. Ia hanya mengatakan, Saya tak ada urusan dengan Anda.

"Saya pun jadi heran kenapa bahasa
saya dipelintir. Saya tak pernah mengucapkan kata-kata Sakai kepada Iwan. Hal ini sudah saya jelaskan kepada tetua Suku Sakai. Mengenai realisasi proyek LBD, tahun ini sudah mencapai Rp 70 Miliar. Mudah-mudahan akhir tahun akan terlaksana sampai Rp 150 Miliar,'' pungkasnya.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar