Jumat, 26 Agustus 2011

Proses Produksi Vanhollano Tak Higienis

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Toko roti ternama di Riau, Vanhollano yang tersebar di hampir seluruh kota di provinsi ini ternyata memiliki standar kebersihan yang kurang layak. UPTD Kesehatan Mandau lakukan sidak ke Vanhollano cabang Duri, Rabu (24/8). Dari inspeksi tersebut, UPTD Kesehatan menemukan kondisi yang jauh dari standar kebersihan.

Meski dari luar, bangunan megah dan memberi kesan ekslusif, ternyata tak memberi jaminan kesehatan. Beberapa hari lalu sudah ada dugaan korban keracunan dari produk-produk Vanhollano. 12 korban bukan merupakan angka kebetulan belaka. Namun dugaan itu bisa saja disebabkan kelalaian manajemen Vanhollano.

Kepala UPTD Kesehatan Mandau, drg Susilowati mengatakan, kebenaran dugaan tersebut akan terlihat dari hasil uji laboratorium kesehatan daerah. Setelah melakukan peninjauan langsung, dinas kesehatan Bengkalis, menemukan kekuranghigienisan proses produksi. Ruang produksi roti yang menggoda selera, ternyata tidak steril.

"Kita telah lakukan analisa kebersihan semua perabotan, bahan baku, tempat produksi hingga pembuangan limbah, ternyata dari semuanya, memang kurang higienis," ucapnya, Jumat (26/8).

Selain itu, ada ketidakberesan manajemen dalam mengelola tenaga kerja. Satu di antara kelemahan Vanhollano, yakni tidak melaporkan pergantian pegawai. Keluar masuknya karyawan seharusnya langsung dilaporkan dinas kesehatan. Lanjut Susilowati, hal ini diperuntukkan penjagaan kesehatan pembeli.

Ia menyayangkan, padahal dari semua perizinan pembukaan toko roti tersebut sudah memenuhi prosedur. Namun selama perjalananya, Vanhollano tidak bisa lantas menjaga prosedur tersebut. Keluar masuknya karyawan tidak dilaporkan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan.

"Selain itu pengelolaan produksi sudah tidak pada standar kesehatan," lanjutnya.

Dinas Kesehatan Bengkalis, dinkes Riau, dan BPOM telah mengambil beberapa sampel. Sampel tersebut akan diuji di laboratorium kesehatan daerah. Menurut Susilowati, sampel yang diambil yakni roti coklat, abon dan beberapa varian lainnya. Dari hasil tersebut, baru diketahui kandungan apa yang menyebabkan beberapa orang terkontaminasi pencernaannya.

Satu dari 12 korban keracunan roti Vanhollano mengaku tak menyangka akan terjadi yang demikian. Warga kelurahan Gajah Sakti, Mandau, ketiga anak Ridwan harus menginap di rumah sakit. Istri Ridwan, Ira (46) mengatakan tak pernah menyangka akan mendapat peristiwa ini. Kepada Tribun, ia mengaku sedih karena tak bisa merayakan lebaran di kampung halaman.

Ia menceritakan, sepulangnya anak tertua dari Pekanbaru, ia mengajak berbuka puasa bersama di Vanhollano. Anak pertamanya, Alini (21) mengatakan, di Vanhollano sedang ada promo menarik. Setuju dengan ajakan tersebut, Senin sore (22/7) Ira mengajak ketiga anaknya, Alini, Sabrina (18) dan Dafa (9) ke Vanhollano.

"Ketiga anak saya makan roti tersebut lumayan lahap. Bahkan anak kedua saya kekenyangan dan tak mau sahur karena masih kenyang," ucapnya.

Namun pada keesokan harinya, ketiga anak saya mengalami gejala yang aneh. Menurutnya, tak biasanya demam dan mual-mual terjadi secara bersamaan. Saya juga sempat merasakan hal sama. Sore itu, ia memakan sedikit roti yang membuatnya tergoda. Ketiga anaknya mengalami kontraksi yang cukup dasyat. Muntah berkali-kali bahkan menjadi tak selera makan.

Hari itu juga ketiganya diboyong ke rumah sakit Permata Hati. Guru SDN 013 Gajah Sakti, Mandau ini mengaku sangat prihatin dengan kondisi ketiga anaknya. Menurutnya, hasil diagnosa dokter, ketiga anaknya mengalami keracunan. Namun dokter belum bisa memastikan apa yang menyebabkan hal itu terjadi.

"Pikiran kita hanya, apa yang terakhir anak saya makan, kemungkinan besar karena makanan tersebut," tambahnya.

Setelah beberapa hari kemudian, pihak Vanhollano mengunjungi kediamannya. Menurutnya, manajemen Vanhollano datang dan mengucapkan keprihatinannya. Namun mereka mengaku belum bisa memberikan jaminan kesehatan pada ketiga anaknya. Karena belum ada kepastian, keracunan tersebut diakibatkan produk-produk Vanhollano. Saat Tribun berusaha konfirmasikan hal ini kepada manajemen Vanhollano, yang bersangkutan tak berkenan menemui.

"Ini ada uang kepedulian sebesar Rp 1 juta, dan ketika hasil laboratorium mengatakan, keracunan akibat Vanhollano, baru akan diberikan jaminan kesehatan sepenuhnya," ucap Ira menirukan manajemen Vanhollano.



Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar