Minggu, 03 Juli 2011

Tubuh Terkulai Di Bawah Langit Siang-Malam

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Napas Rizal (18) terengal-engal kala dijumpai Tribun di rumahnya beberapa hari lalu. Ia hanya bisa berbaring di atas papan tanpa kasur sejak dua tahun lalu. Tubuhnya kurus kering dengan mata menguning. Sebelum paru-parunya terganggu, tubuhnya kekar layaknya teman sebaya.

Sekarang untuk mengangkat sendok makan pun ia tak kuat. Makan, minum dan aktifitas lainya, harus ditolong ibunya. Termasuk kala akan buang air kecil dan air besar. Tubuh pencari kayu ini sekarang tinggal tulang dengan balutan kulit. Tubuhnya hanya tinggal kerangka. Bahkan untuk berbicara pun tak kuat lagi.

Rizal bersama ibu kandungnya, Eno (52) tinggal di gubug reot tanpa dinding di dusun Jembatan Dua, Desa Petani, Mandau. "Jangankan bekerja mencari kayu, untuk makan dan minum saja harus disuapi," ucap Eno.

Eno mengaku telah beberapa kali memeriksakan anaknya di RS Permata Hati. Namun ia mengaku repot dan tak memiliki biaya untuk mencukupi kebutuhan sanak keluarga yang mengantar. Menurutnya, kita tak sanggup menanggung biaya sanak keluarga yang mengantar Rizal ke RS Permata Hati.

Belum lagi harus menyedikan keperluan untuk mengisi perut mereka. Menurutnya, memang semua biaya kesehatan bagi warga Sakai dibebaskan, namun tetap saya harus memikirkan keluarga yang tak sakit. "Bagi yang sakit memang tak perlu mengeluarkan biaya, bahkan makanannya pun disediakan rumahsakit, namun kita yang mengantar dan menunggui perlu makan dan lain-lain," selorohnya.

Belum lagi transport dari rumah ke rumahsakit cukup jauh dan harus bolak-balik. Oleh karenanya, Eno memutuskan untuk membawa pulang anaknya. Apalagi kala itu RS Permata Hati merujuk Rizal supaya dirawat di RSUD Arifin Ahmad, Pekanbaru. Itulah yang menguatkan Eno untuk membawa pulang anaknya.

Kedatangan Tribun ke kediaman Rizal, sebenarnya tanpa perencanaan. Kala itu hanya dalam keperluan peliputan penyerahan bantuan buku oleh Kades Petani, Rianto di SDN 69 Mandau. Saat Rianto berkeliling memantau kegiatan warganya, rupanya dia melihat rumah kayu reot yang masih ada penghuninya.

"Saya merasa prihatin melihat kenyataan, rupanya masih ada warga yang menempati gubug kayu reot," ucapnya.

Papan kayu hanya di bagian lantai. Sementara untuk menutup dinding depan dan samping, pemilik rumah hanya membentangkan kain di antara tiang rumah. Namun bagian belakang rumah, tak ada dinding atau penghalang apapun. Untuk bagian atap, pemilik rumah memanfaatkan terpal plastik untuk menghalau air hujan dan sengatan mahahari. Sayangnya lebar terpal itu hanya menutupi sebagian atap rumah Rizal. Sementara sisanya beratapkan langit.

Kontruksi rumah itu sangat sederhana. Tak ada sekat antara tempat tidur maupun dapur. Ironisnya lagi, dalam rumah tersebut tak ada kamar mandi. Semua aktifitas dilakukan dalam satu ruangan. Sekertaris Desa Petani, Tasarudin mengatakan, rumah yang dibangun warga sakai ya seperti apa yang Tribun lihat. Lanjutnya, hal seperti itu lazim terjadi karena warga sakai merupakan warga nomaden atau hidupnya berpindah-pindah.

"Sebagai warga sakai, saya juga pernah merasakan hal seperti itu," ucapnya.

Namun, Rianto mengaku tak bisa berucap apa-apa kala mengetahui ternyata ada warganya yang tergolek lemah di dalam gubug reot yang sebagian atapnya adalah langit. Kala bercakap dengan Eno, Rianto hanya bisa mendoakan kesembuhan Rizal sembari mengeluarkan apa yang ada di dalam dompetnya. Selama perjalanan pulang, ia mengatakan, tak bisa membayangkan bagaimana keadaan di dalam rumah bila datang hujan angin lebat.

Saat Tribun konfirkasikan pada Kepala Lembaga Adat Sakai Riau, H Siantar, apakah ada bantuan yang bisa diberikan, yang bersangkutan langsung mengiyakan. "Tak usah banyak pikir, bawa ke RSUD dan selamatkan nyawa yang sakit, urusan biaya, semua bisa diurus," ucapnya melalui sambungan telepon, Minggu (3/7).

Kala Tribun tanyakan apakah yang bersangkutan tahu bahwa ada kondisi warga sakai yang terkulai lemah di dalam gubug reot, H Siantar mengaku belum mengetahui kabar tersebut. Sekali lagi ia menegaskan, siapa saja warga sakai yang sakit, untuk di bawa ke RSUD secepatnya.


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar