Jumat, 28 Oktober 2011

Bahagia Pernah Menggendong Siti

Laporan, Wicaksana Arif Turbrilian

DURI, TRIBUN - Isak tangis pecah di ruang berukuran 4x6 meter, kediaman Khairuddin, Jumat (28/10). Warga dusun Sialang Rimbun, Desa Muara Basung mendadak ramai didatangi tetangga sekitar. Ucapan belasungkawa pun berhamburan dari mulut tetangga yang turut merasakan kesedihan.

Bayi mungil buah hati Khairuddin (23) dengan Diana (22) ini tak kuasa melawan kelainan yang dideritanya. Ia pun menghembuskan napas terakhirnya pukul 9.00 Kamis (27/10) lalu. Sekitar enam jam sebelum dijemput Yang Maha Kuasa, Siti sempat mengalami masa kritis.

Perjalanan panjang Siti akhinya berakhir selama satu setengah bulan. Selama perjuangannya bertahan hidup telah empat rumah sakit ia singgahi. Keempatnya RSUD Duri, RS Permata Hati, RS Ibnu Sina, dan akhirnya dirujuk ke RS Harapan Kita-Jakarta. Bayi penderita ectopia cordis atau jantung berada di luar tubuh ini akhirnya mengakhiri perjuangannya di Jakarta.

Dengan sedikit terisak, Khairudin mengaku tabah menerima keadaan ini. Ia merasa bersyukur karena pernah mendapat kesempatan menggendong anak pertamanya meski tak lama. Menurutnya, itulah kali pertama dan terakhir saya menggendong anak yang sudah diidam-idamkan semenjak menikah.

"Ini kuasa Tuhan, semuanya sudah digariskan. Saya harus tabah menerima kenyataan ini semua," ucapnya seusai memakamkan anak pertamanya, Jumat (28/10).

Sama halnya Diana, ia pun tabah menerima keputusan yang kuasa, meski sudah mengidamkan anak bisa segera sembuh. Namun ia sedikit bahagia karena dapat menyusui bayi yang dikandungnya. Lanjutnya, Siti sudah meminum ASI dari tubuh saya. Siti mulai meminum ASI pada Sabtu lalu.

Derai air mata pun sontak mengalir dari pasangan ini. Sambil terbata, Khairuddin mengatakan, bapak dan Ibu wartawan sudah tidak bisa menjumpai Siti. Untuk terakhir kalinya karena Siti dimakamkan tadi pukul 8.00. Kami sangat kehilangan anak kami yang sangat kami sayangi.

"Pada Kamis (27/10) pukul 04.00 sudah mulai ada tanda – tanda kondisi Siti menurun," kata Khairudin.

Keduanya tak bisa menahan derai air mata. Ia kembali mengenang perjalanan Siti selama mencoba bertahan. Ia menceritakan, perkembangan kondisi ketahanan Siti. Padahal kondisi Siti sempat membaik, di mana dari empat alat kesehatan yang ada di tubuhnya, hanya tinggal 2 alat kesehatan yang dipasang.

Setelah kesedihannya mereda, Khairuddin mengatakan, saya atas nama keluarga mengucapkan terimakasih atas kepedulian masyarakat secara keseluruhan. Tetangga, Pak Kades, Pemkab Bengkalis, Pemprov Riau, tim dokter dan semua orang yang turut membantu kesembuhan Siti. Selama perjalanan menempuh kesembuhan, Siti ditangani secara istimewa.

Ia pun terharu atas kepedulian masyarakat, yang turut membantu, mendoakan hingga mau repot untuk kesembuhan Siti. Untuk seluruh biaya pengobatan Siti ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Riau dan juga Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis. Siti telah merajut kenangan indah untuk kedua orangtuanya.

Khairuddin merasa ditunjukkan kuasa Tuhan yang begitu indah. Sebelumnya, tak terpikirkan akan seperti apa perawatan yang bisa ia bayarkan. Pria yang sehari-hari bekerja serabutan ini ditunjukkan rasa sayang Tuhan yang begitu besar terhadapnya dan keluarganya. Meski tak punya apa-apa dalam hidupnya, namun Siti mendapat penanganan kesehatan yang terbaik.

Di sela-sela ceritanya, ia kembali teringat kenangan indah selama menemani Siti. Kenangan itu terjadi kala dia bersama istri menjenguk Siti.

"Sewaktu saya dan istri saya menjenguknya, Siti berusaha membuka matanya, dan saat kami ajak menggobrol Siti melihat kami dengan manis dan lucu. Seakan ikatan orang tua dan anak sudah terasa erat sekali, bahkan saat kami akan pulang Siti pun tidak rewel ataupun menanggis," ungkapnya.

Hal itu kembali terulang kala beberapa saat Siti meninggalkan kedua orangtuanya. Momen-momen indah itu, tak akan terlupakan. Khairuddin kembali menghapus air mata yang mengalir di sela-sela bercerita. Diana pun hanya bisa tertunduk mendengarkan suaminya bercerita.

"Kejadian indah itu kembali terulang saat Siti menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ia menatap kami dengan penuh keluguan dan kami pun sangat sedih melihat kondisi Siti yang tergolek tak berdaya. Saat–saat kami menunggu Siti di rumah sakit, tak henti – hentinya kami berdoa dan mengaji untuk Siti anak kami tercinta," seloroh Khairuddin sembari menahan air mata yang akan keluar.

Kenangan-kenangan indah itu akan melekat di hati Khairuddin dan istri. Sampai kapan pun tak akan pernah terlupakan. Lanjutnya, sebelum tiada, kondisi Siti sudah 90 persen sehat. Hanya tinggal dilakukan penutupan pada dada Siti. Namun semua itu sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Ia hanya bisa mendoakan tempat terindah bagi Siti di sisiNya.

Sebelum Tribun meninggalkan kediaman Khairuddin, ia berpesan sekali lagi. Tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih atas kepedulian masyarakat.

"Saya mewakili seluruh keluarga sangat berterimakasih kepada masyarakat sekitar tempat tinggal, Bidan, RT, RW, Kepala Desa Muara Basung, Pemerintah Kecamatan Pinggir dan Mandau, Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis dan juga Pemerintah Provinsi Riau yang telah banyak memberikan sumbangsihnya bagi keluarga dan juga Siti. Serta tidak lupa saya berterima kasih untuk teman – teman media yang telah banyak membantu dan mempublikasikannya," pungkasnya.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar